jpnn.com - MAYOR (Chb) Ervan Rusnandar paham bahwa sebagai prajurit TNI dia mengemban tugas utama mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tapi, “berjuang” untuk kepentingan agama juga merupakan kewajiban.
KHOIRUNNISAK – Palembang
BACA JUGA: Putera Lengkong, Kakak Ipar di Balik Sukses Owi/Butet Raih Emas Olimpiade
PRIA kelahiran Bengkulu itu belum lama bertugas di Palembang. Baru terhitung Januari 2016, dia menjabat sebagai Komandan Detasemen Perhubungan Kodam (Dandenhubdam) II/Sriwijaya.
Di luar itu, dia kini kerap memperbaiki sound system masjid dan musala di metropolis.
BACA JUGA: Kiprah Prajurit TNI di Perbatasan, Sungguh Luar Biasa
Diceritakannya, semua berawal saat dia aktif mengikuti salat Subuh berjemaah, bersama Majelis Pagi Berbagi dan wali kota Palembang setiap minggu pagi.
Hatinya terpanggil, ketika salat di masjid di Pasar Cinde. Kehusyukannya sedikit terganggu, mendengar suara dari sound system masjid.
BACA JUGA: Setiap Bulan Pengemis Kirim Rp 2 Juta ke Kampung
Selesai salat, dia lalu mengecek peralatan sound system-nya dan jaringan kelistrikannya. Menurutnya, semua instalasi listrik harus diganti karena sudah tidak bisa lagi digunakan.
“Dua hari kami perbaiki di sana. Alhamdulillah kini sudah lebih baik,” tuturnya, Selasa (30/8).
Dari sana, timnya pun mulai banyak melakukan job perbaikan sound system masjid.
Dalam sebulan pasti ada yang minta lakukan perbaikan yang disampaikan teman-teman lainnya, dari mulut ke mulut.
Meski demikian, Ervan mengakui masih ada suara-suara sumbang. Mereka pernah disepelekan warga, mengenai keahlian perbaikan sound system tersebut. Karena selama ini sudah terbangun imej, tentara hanya perang dan menjaga pertahanan.
Tapi rupanya mereka memiliki keahlian lainnya. “Dengan niat yang memang ingin membantu, akhirnya sampai saat ini banyak yang minta perbaiki,” katanya.
Terakhir, sambung Ervan, mereka memperbaiki sound system di Masjid Raya Chengho Sriwijaya. Menurutnya, kerusakan yang terjadi akibat peralatan yang sudah berumur dan pemasangan instalasinya asal-asalan.
Mereka sampai harus delapan jam memperbaikinya. “Pernah juga kami memperbaiki, dari pagi sampai malam, demi kualitas yang baik,” ungkapnya.
Diungkapkannya, mereka tidak hanya mempunyai soal keahlian listrik. Tapi juga sempat tiga bulan, mengikuti kursus tata suara.
“Dari masjid yang kami datangi, Alhamdulillah belum ada yang minta diperbaiki ulang,” ucapnya.
Menurutnya, instrumen yang paling sering diperbaiki atau diganti, speaker, mixer, dan instalasinya yang tidak sesuai spesifikasi. Dia merasa puas, jika suara azan dan khotbah, terdengar lebih bagus.
“Anggota pun senang, melalui kegiatan ini ada dua hal yang dicapai. Pertama ibadah, kedua lebih dekat dengan masyarakat. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini tetap eksis dilakukan,” harapnya. (*/air/ce1/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja, Ayahnya Pengacara, Ibunya PNS
Redaktur : Tim Redaksi