Mbak Yenni Menonton MotoGP Mandalika dari Bukit, Marc Marquez Jatuh ya?

Senin, 21 Maret 2022 – 08:58 WIB
Salah seorang warga mengabadikan pebalap di Sirkuit Mandalika dari atas Bukit Rangkap di Lombok, NTB, Minggu (20/3/2022). Foto: ANTARA/Fiqih Arfani

jpnn.com, LOMBOK - Ratusan warga menonton MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dari punggung Bukit Rangkap, Minggu (20/3).

Letak Bukit Rangkap berada paling dekat dengan dinding sirkuit. Jaraknya sekitar 50 meter, hanya terpisahkan oleh dua jalur jalan satu arah tak jauh dari pintu masuk penonton kelas premiere.

BACA JUGA: Begini Kondisi Terkini Marc Marquez Seusai Mengalami Kecelakaan di Sirkuit Mandalika

Di bawah bukit ada beberapa warung pedagang kaki lima (PKL) yang menjual makanan dan minuman.

Terdapat juga jalan selebar lima meter yang kanan kirinya digunakan untuk parkir kendaraan roda dua.

BACA JUGA: Duh! Marc Marquez Gagal Balapan di MotoGP Mandalika, Gegar Otak

Menonton ajang MotoGP dari bukit memang memiliki sensasi sendiri, bahkan sejak berusaha mencapai punggung bukit.

Ada yang menanjak lewat jalanan dengan permukaan relatif halus, sebagian lainnya harus menerobos semak belukar.

BACA JUGA: Hermanto Tewas Dianiaya di Sel, Kapolsek Langsung Dicopot, 4 Polisi jadi Tersangka

Balita, anak-anak, remaja, dewasa dan penonton lanjut usia bercampur jadi satu. Mereka ada yang berdiri, duduk, bahkan menggelar tikar untuk sekadar meluruskan kakinya.

Terlihat pula seorang warga yang mendirikan tenda dom di samping tebing demi menyaksikan balap motor kelas internasional tersebut.

"Cilok..cilok..cilok...!! Air..air.. es..es..!!," suara pedagang keliling bersahutan. Mereka meletakkan tas berisi air di satu titik, lalu menawarkannya kepada orang-orang sekitar.

Tampak juga perempuan-perempuan muda yang menawarkan produk minuman kopi dalam kemasan botol.

Warga berbondong-bondong berdatangan sejak jelang sesi pemanasan Moto3, Moto2 hingga MotoGP. Tepat pukul 12.00 WITA, semua mata tertuju ke sirkuit. Balapan Moto3 dimulai.

Cuaca terasa panas menyengat, tak ada angin, dan tidak sedikit yang berlindung dengan menarik jaketnya ke atas.

Ada juga yang memegang ranting pohon dengan daun lebat untuk melindungi kepala dari sengatan panas.

Duduknya juga seadanya. Ada warga yang duduk di aspal, di bebatuan, daun, potongan kardus, tanah, dan lain-lain.

Suasana juga kerap meriah saat melihat pebalap saling salip-menyalip di tikungan. Terlihat sangat jelas, hanya ada satu pohon besar yang sedikit menghalangi.

Moto3 berakhir, penonton sedikit berkurang. Jeda waktu sekitar 30 menit dimanfaatkannya untuk makan dan minum di warung-warung PKL.

Penonton membeludak saat Moto2 siap digelar. Ratusan orang rela naik dan berdiri di perbukitan.

Tepat ajang Moto2 berakhir, cuaca berubah drastis. Dari yang panas menyengat, mulai turun gerimis hingga deras.

Hujan turun sekitar pukul 14.00 WITA, dan hingga pukul 15.30 WITA belum ada tanda-tanda reda.

Sebagian warga berhamburan dan menuruni bukit. Ada yang bertahan menggunakan jas hujan, ada juga yang beranjak dan membiarkan tubuhnya basah kuyup.

Warga berlarian mencari tempat berlindung dari hujan. Warung-warung PKL yang awalnya hanya ditempati beberapa pembeli, mendadak penuh, bahkan sampai ada yang rela berdiri.

Ada yang memesan kopi, teh panas, lalu mi instan dan gorengan yang ada di meja.

Sambil menunggu hujan reda dan balapan kembali digelar, mereka memanfaatkannya untuk mengisi perut.

Bagi warga lokal, mendapat izin menonton dari atas bukit membuatnya senang. Salah satunya Sarinete, warga setempat yang mengaku tak bisa membeli tiket karena harganya yang tidak bisa dijangkaunya.

Pria berusia 60 tahun itu senang karena tak ada larangan dari petugas untuk menyaksikan dari bukit.

"Awalnya saya khawatir tidak boleh naik, tapi ternyata tidak apa-apa. Ada Pak Polisi dan Tentara yang jaga juga di bawah maupun di atas," ucapnya.

Pantauan di lokasi, memang terlihat beberapa personel Brimob dan TNI AD lengkap dengan senjata laras panjang berjaga-jaga.

Mereka tak ragu melempar senyum kepada warga yang menyapa, bahkan sesekali mengingatkan jika ada yang berdiri terlalu pinggir.

Hal senada disampaikan Yenni, warga Lombok Barat yang sengaja datang bersama suami dan anaknya menyaksikan MotoGP dari atas bukit.

"Saya ke sini untuk melihat Marquez, tetapi katanya Marquez jatuh ya?," katanya.

Meski urung menyaksikan pebalap idolanya beradu balap motor di sirkuit. Namun, tak membuatnya patah arang.

Saat hujan turun, ia bersama keluarganya ikut berteduh. Lalu saat ada tanda-tanda balapan akan dimulai, ia kembali segera naik ke bukit.

Menjelang pukul 16.00 WITA, warga yang menyaksikan dari atas bukit semakin banyak. Gerimis dan jalanan yang becek tak dipedulikannya.

Sebagian memakai payung, lalu pakai jas hujan plastik, ada juga yang sengaja hujan-hujan.

Jalanan dan pijakan yang becek, membuat sebagian warga melepas alas kakinya. Celana kotor tak dipedulikan demi bisa melihat aksi pembalap-pembalap dunia saling beradu cepat mengendarai motor balap.

Saat menyeruak kabar Marc Marquez harus dilarikan ke rumah sakit, para penonton kaget. Mereka langsung mencari ponsel untuk mencari tahu dari media daring.

Salah seorang yang mengenakan jersey bernomor "93" bertuliskan "Marquez" sempat tak percaya dan mengira kecelakaan terjadi tidak terlalu parah atau seperti pada hari-hari sebelumnya.

Namun, setelah membaca berita bahwa Marquez mengalami gegar otak, ia terdiam dan menunjukkan raut wajah kecewa.

"Mau bagaimana lagi, Marquez tidak main. Semoga segera pulih dan balapan lagi," kata pria yang tak bersedia menyebut namanya tersebut.

Pukul 16.15 WITA, saat start dimulai, warga yang hanya mendengar kerasnya suara gas sepeda motor pembalap spontanitas bertepuk tangan. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler