jpnn.com - JAKARTA - Presiden Direktur PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) Rico Rustombi menyampaikan, pendapatan perusahaan sebesar US$ 135,3 juta, laba kotor sebesar US$43,4 juta, EBITDA sebesar US$53,6 juta.
Dilaporkan juga, laba yang diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk (laba bersih) sebesar US$20,1 juta untuk laporan keuangan auditan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. Laporan keuangan yang lengkap untuk periode tersebut dapat diakses di situs web Perseroan (www.mbss.co.id).
BACA JUGA: Edan! Tiket KA Naik Hingga 500 Persen
Rico Rustombi mengatakan, penurunan harga komoditas batu bara yang menyentuh kisaran di bawah US$70 per metrik ton di akhir tahun 2014 memberikan tekanan harga pada jasa logistik pendukung industri batu bara.
Di tahun 2014, sekitar 30 persen kontrak MBSS jatuh tempo dimana MBSS harus mengambil langkah strategis untuk mempertahankan pangsa pasar di klien-kliennya dengan memberikan win-win solution lewat cara menurunkan tarif pengangkutan dengan kompensasi volume yang lebih tinggi atau jangka waktu kontrak yang lebih panjang.
BACA JUGA: Jelang Ceng Beng, Sriwijaya Air Siapkan Extra Flight ke Pangkal Pinang
“Penurunan tarif pengangkutan tersebut menekan marjin keuntungan Perseroan di tahun 2014, dimana laba kotor Perseroan turun dari US$60,7 juta menjadi US$43,5 juta atau penurunan gross margin dari 40,2% menjadi 32,1%”, ujar Rico dalam keterangan persnya kemarin.
Melalui langkah tersebut, MBSS berhasil memperpanjang 40% dari kontrak yang jatuh tempo di tahun 2014. Sementara itu, kontrak yang tidak diperpanjang sebanyak 25% berhasil dikonversi menjadi kontrak baru dan 14% sisanya dialokasikan untuk melayani pasar spot.
BACA JUGA: Tomy Winata Bantah Ingin Kuasai Proyek Perikanan di Benjina
Dijelaskan, kemampuan MBSS untuk memberikan tarif yang kompetitif tidak lepas dari salah satu competitive advantage yang dimilikinya, yakni struktur biaya.
“Kesuksesan MBSS melakukan refinancing atas beberapa fasilitas kredit jangka panjang di tahun 2013 berhasil menurunkan suku bunga efektif rata-rata Perseroan dari 5,8% di tahun 2013 menjadi 5,4% di tahun 2014, yang diterjemahkan menjadi penurunan beban bunga dari US$6,2 juta di tahun 2013 menjadi US$4,9 juta di tahun 2014”, lanjut Rico.
Di tahun 2014 Perseroan mengangkut 52,6 juta ton batu bara, terdiri dari 31,1 juta ton untuk segmen barging dan 21,5 juta ton untuk segmen floating crane. Volume untuk segmen barging mengalami penurunan sebesar 24% secara year-on-year (y.o.y), sementara untuk segmen floating crane volume naik sebesar 3%.
Penurunan volume barging di tahun 2014 didorong oleh lebih banyaknya pengangkutan batu bara jarak jauh (antar pulau) dibanding jarak dekat (transshipment) sehubungan peningkatan kebutuhan domestik batu bara dan industri semen. Rico lebih lanjut menjelaskan bahwa jarak pengangkutan yang lebih jauh berakibat pada penurunan perputaran armada sehingga total volume yang diangkut menjadi lebih kecil dalam periode yang sama dibandingkan pengangkutan jarak pendek. Yakni dari loading port menuju anchorage point tempat kegiatan pindah muat (transshipment) untuk tujuan pasar ekspor dilakukan.
Direktur Keuangan dan Perencanaan MBSS Ika Bethari menyampaikan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan laba bersih perseroan di tahun 2014.
Di samping tekanan harga, antara lain meningkatnya jumlah docking armada Perseroan sesuai persyaratan kelas, juga kurang maksimalnya perputaran armada Perseroan untuk pengangkutan jarak jauh disebabkan karena faktor cuaca buruk khususnya di triwulan ke-tiga dan ke-empat 2014, yang memaksa armada Perseroan untuk berlindung/sheltering guna menjaga keselamatan pelayaran.
Selain itu, adanya Penyelesaian Kewajiban Penundaan Utang (PKPU) sebesar US$3,2 juta kepada PT Great Dyke juta juga turut menekan laba bersih Perseroan. “Apabila dinormalisasi dengan mengeluarkan komponen PKPU, laba bersih Perseroan akan berada di angka US$23,3 juta”, ujar Ika.
Ika lebih lanjut menjelaskan bahwa klaim PKPU adalah kejadian yang sifatnya one-off dikarenakan struktur kontrak yang dibuat dan ditandatangani oleh Manajemen lama Perseroan tersebut adalah satu-satunya kontrak dimana MBSS bukan merupakan pihak yang secara langsung berhubungan dengan counter party.
“Manajemen MBSS memiliki keyakinan bahwa kejadian ini tidak akan terulang di masa depan, mengingat tidak ada kontrak lain dengan struktur yang serupa”, jelas Ika.
Bercermin pada hasil operasional di tahun 2014 serta tantangan yang akan dihadapi Perseroan ke depannya, Manajemen MBSS telah menyiapkan beberapa langkah strategis. Kontribusi pengangkutan batu bara domestik dan jarak jauh atau antar pulau terhadap pendapatan Perseroan diperkirakan akan meningkat di masa depan, terkait dengan rencana Pemerintah Indonesia di bidang energi untuk membangun sistem pembangkit listrik dengan kapasitas 35 ribu megawatt.
“Pembangunan infrastruktur kelistrikan merupakan berita positif bagi Perseroan, karena menyediakan opportunity dalam hal pengangkutan batu bara,” ujar Rico. Menyadari semakin pentingnya pengangkutan batu bara domestik, Perseroan memfokuskan upayanya untuk meningkatkan manajemen armada serta kualitas SDM kapal guna memaksimalkan perputaran armada untuk pengangkutan jarak jauh. (rl/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Lima Provinsi Terbanyak Salurkan Dana Rumah Murah
Redaktur : Tim Redaksi