Mega: Jujur, Saya Kaget dan Terharu, Semua Orang Tersenyum

Rabu, 24 Juni 2020 – 08:55 WIB
Salah seorang warga Lidah Kulon RT 06 / RW 03, Kelurahan Lidah Kulon, Kecamatan Lakarsantri Surabaya, Mega Arista di kediamannya. FOTO: ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabayaya

jpnn.com, SURABAYA - Program "Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo" di Kota Surabaya, Jatim, dirasakan manfaatnya oleh warga yang terpapar COVID-19.

Salah satunya seperti yang dialami Mega Arista, warga Lidah Kulon RT 06 / RW 03, Kelurahan Lidah Kulon, Kecamatan Lakarsantri Surabaya, Selasa.

BACA JUGA: Surabaya Masih Perlu PSBB, Doni Monardo Diharapkan Segera Bertindak

Ia dinyatakan positif COVID-19 setelah pemeriksaan swab pada 31 Mei 2020.

"Saya mendapat dukungan yang luar biasa dari warga kampung (Satgas Kampung Tangguh). Terutama para tetangga yang aktif mendukung saya selama di karantina," katanya.

BACA JUGA: Kasus Penyebaran Covid-19 di Jatim Merajelela, Presiden Jokowi Turun Tangan

Awalnya Mega yang tinggal bersama istri dan dua anaknya mendapati kabar bahwa ia dinyatakan positif dari pihak puskesmas.

Tanpa menunggu lama, tim puskesmas turun untuk melakukan tracing dan meminta persetujuan langsung kepada RT/RW untuk membawa Mega ke tempat isolasi.

BACA JUGA: 156 TKA asal Tiongkok Tiba di Bandara, Dikawal Ketat

Selama menjalani masa karantina, Mega mengaku mendapat banyak dukungan untuk dirinya agar segera pulih.

Dukungan yang terus mengalir itu melalui berbagai cara mulai dari pesan di grup WhatsApp hingga telepon.

Setelah melewati masa karantina pada 5 Juni 2020, Mega kembali pulang ke rumah.

Setiba di rumah, seketika itu ia kaget lantaran Ketua RT/RW, staf Linmas Kelurahan serta beberapa perwakilan warga menyambut kedatangannya meski dari jarak yang berjauhan.

"Jujur, saya kaget dan terharu. Semua orang tersenyum pada saya. Meskipun kami tidak berdekatan," ujarnya.

Pada saat itu, istri dan kedua anak Mega tinggal sementara di indekos milik orang tuanya.

Sehingga setelah menjalani karantina di hotel, ia tinggal sendiri selama sepekan di rumah.

Selama itu pula bentuk intervensi dari tetangga terus mengalir mulai bantuan makanan, vitamin, bahkan susu untuk anaknya juga diberikan.

"Saya rutin diberi bantuan itu. Gugus tugas mengumpulkan bantuan dari warga. Ternyata saya mendapatkan susu untuk anak. Alhamdulillah," katanya.

Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai satuan petugas (satgas) di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya ini mengatakan selama seminggu tinggal sendiri di rumah, ia mengaku sering dijenguk dari luar pagar rumah oleh RT/RW dan para tetangga.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak warga Surabaya bisa bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru atau tatanan normal baru.

Menurutnya, hal pertama yang diterapkan di Surabaya adalah kedisiplinan, makanya dibentuk Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo.

Melalui terobosan ini, maka warga bisa saling mengingatkan antarwarga yang satu dengan yang lainnya, karena di kampung itu dijaga ketat.

"Pengawasannya sangat ketat, terutama yang keluar-masuk kampung itu," kata Risma. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler