jpnn.com - MANADO - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri "menyihir" ribuan massa dan kadernya saat berkampanye di Lapangan Sario, Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (31/3) sore.
Dengan pidato berapi-api serta intonasi suara yang khas, Mega membakar semangat massa dan kader partai berlambang banteng moncong putih itu.
BACA JUGA: Berkedok Pembekalan Saksi, Jokowi Kampanye di Hari Nyepi
Di bawah cuaca yang mendung, Lapangan Sario yang sudah memerah sejak siang hari semakin bergelora manakala Mega yang mengenakan celana panjang hitam dan baju kemeja merah putih, itu memulai orasi politiknya.
Di awal orasi, Mega kembali mengungkit kekecewaannya ketika jagoannya kalah di pemilihan gubernur Sulut. "Waktu pilgub, hati saya hancur. Bendera merah (PDIP) tergulung, tidak lagi dengan megahnya berkibar," kata Mega.
BACA JUGA: Kriteria Tak Jelas, ICW Minta Ruang Evaluasi KJP
Namun sekarang sudah tidak lagi. Sebab, Mega mengaku telah mendengarkan keinginan rakyat Indonesia soal siapa yang akan dijadikan calon presiden dari PDI Perjuaangan. Selama beberapa bulan, Mega mengaku telah melakukan 'sounding', melihat segala sisi hingga akhirnya keluarlah sebuah keputusan penting.
"Akhirnya pada 14 Maret (2014) itulah saya memberikan sebuah keputusan penting baik untuk partai maupun rakyat Indonesia. Saya lihat seorang bernama Ir Joko Widodo, yang saya lihat dia akan bisa menjadi presiden di republik ini," ujar Mega.
BACA JUGA: Jadi Cawapres, Akbar Tandjung Terima Dukungan JARI
Teriakan dari massa semakin membahana ketika mendengar nama sang capres diucapkan oleh Megawati. Ia menegaskan alasan memilih Jokowi bukan karena Gubernur DKI Jakarta, itu kini petugas PDI Perjuangan.
"Tapi yang namanya jadi pemimpi di Republik Indonesia ini harus datang dari yang namanya nasib dan takdir," ujar Mega.
Ia pun mencontohkan ketika Bung Karno bisa memimpin dan menyatukan negeri ini. Padahal saat itu di Sulawesi Utara, di Aceh, Maluku, Irian maupun Jawa, semuanya sama-sama mengusir penjajah. "Tapi, karena tidak bersatu jadi kesatuan maka gagal. 350 tahun kita dijajah. Tapi, ketika muncul seorang pemimpin yang ditakdirkan Allah SWT memimpin rakyat Indonesia, maka 17 Agustus 1945 kita dapat memutuskan rantai penjajahan dan kita jadi merdeka," kata Mega.
Mega menyatakan, menjadi presiden itu gampang. Meski tak dicintai rakyat maupun mengambil dengan memanfaatkan kekuasaan serta kecurangan bisa menjadi presiden.
"Tapi, seorang pemimpin harus dicintai rakyatnya. Yang mendukung itu adalah rakyatnya, bukan kekuasaan untuk kekuasaan," kata Mega.
Karenanya, di hadapan massa, Mega kembali bertanya apakah mau mendukung Jokowi menjadi presiden 2014. Sontak saja, pertanyaan itu dijawab mau oleh massa. "Beliau (Jokowi) kirim salam. Sekarang sedang di Jatim, jalan dari satu tempat ke tempat lain mencari dukungan," kata Mega. "Bu, salam saya untuk masyarakat Sulut. Tolong bantu saya," timpal Mega menirukan ucapan Jokowi. Mega pun optimis PDI Perjuangan bisa meraih kemenangan di pileg 9 April 2014.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KJP Jadi Bancaan Tiga Parpol
Redaktur : Tim Redaksi