Megawati Pengin Indonesia Tiru Penanganan Bencana di Tiongkok

Rabu, 10 Juli 2019 – 06:17 WIB
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri. Foto : DPP PDI Perjuangan for JPNN.com

jpnn.com, BEIJING - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menginginkan Indonesia meniru sistem penanganan bencana di Tiongkok.

Harapan ini diinginkannya setelah melihat Pusat Jaringan Gempa Bumi Tiongkok (China Network Earthquake Center/CNEC) di Beijing, Selasa (9/7).

BACA JUGA: Megawati Minta Jokowi Tiru Taman di Tiongkok Ini

Megawati mengharapkan sistem penanganan bencana di Indonesia diperbaiki secara holistik.

Tujuannya agar bencana bisa dihadapi sejak dini sehingga korban manusia dihindari seminimal mungkin.

BACA JUGA: Megawati Sampaikan Pesan Khusus Saat Bicara di Forum Perdamaian Dunia Beijing

BACA JUGA : Megawati Minta Jokowi Tiru Taman di Tiongkok Ini

Dalam kunjungannya ke badan semacam Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Indonesia itu, Megawati melihat sejumlah fasilitas penanganan dini bencana.

BACA JUGA: Berpidato di World Peace Forum, Bu Mega Beber Ide Bung Karno Wujudkan Perdamaian Dunia

Termasuk kisah mengenai salah satu gempa di Provinsi Sichuan, di mana masyarakat sudah mendapat pemberitahuan gempa pada 35 detik sebelum kejadian. Pemberitahuan lewat televisi maupun pesan singkat di ponsel.

Megawati mengakui Tiongkok masih lebih baik dari Indonesia dalam memperkuat kemampuan deteksi dini hingga penyebaran informasi soal gempa.

Salah satu contoh lainnya, Tiongkok telah membangun seribu lebih titik pengukuran seismik di seluruh wilayahnya.

BACA JUGA : Megawati Sampaikan Pesan Khusus Saat Bicara di Forum Perdamaian Dunia Beijing

Alat-alat itu menjadi semacam detektor terjadinya gempa. Semakin banyak alat yang dipasang, semakin akurat dan cepat informasi soal gempa diperoleh.

"Kalau menurut saya, kami masih ketinggalan secara teknologi dan secara struktural. Mereka sampai bisa menempatka detektornya itu sampai dusun. Jadi sudah sampai segitu respon dan perhatian, yang seharusnya segera dibuat juga oleh kita," ujar Megawati.

Ketua umum PDI Perjuangan ini juga menyadari lemahnya penjagaan dan pemeliharaan alat deteksi dini.

Dulu saat menjabat presiden, Megawati mengingat dirinya meminta alat-alat deteksi itu dipasang. Namun tak pernah dilihat dan diperiksa, sehingga akhirnya menjadi besi tua saja. "Ini tak boleh terjadi lagi," imbuhnya.

Untuk membenahinya, Megawati menilai tak bisa dilakukan sepotong-sepotong. Struktur, teknologi, kebijakan, teknis lapangan, hingga politik anggaran negara untuk penanganan bencana harus diperbaiki bersama.

Baginya, Tiongkok bisa mencapai kondisi penanganan bencana saat ini pastinya akibat proses perencanaan yang holistik dan tak sepotong-sepotong.

"Bukan berarti kami harus selalu melihat Tiongkok. Tetapi kan kalau hal-hal yang baik yang bisa memaksimalkan kerja, menurut saya bisa saja diadopsi. Sejauh ini belum terlalu memadai baik dari kebijakannya, politik anggarannya maupun teknis di lapangannya," kata dia.

Dari kunjungannya ke CNEC tersebut, Megawati mengaku sangat ingin agar BMKG Indonesia memiliki kemampuan mengetahui, misalnya gempa akan terjadi dan hingga berapa kekuatannya, sebelum gempat benar-benar terjadi.

Yang selanjutnya, informasi itu bisa disampaikan ke masyarakat dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang akan segera bekerja cepat kalau bencana besar memang akan datang.

Salah satu contoh keterlambatan yang disebut Megawati adalah kasus bencana liquifaksi di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.

"Jadi liquifaksi yang di Palu itu merupakan sebuah kebobolan dari kami sendiri. Tidak perlu saling menyalahkan. Kita harus selalu memperbaharui dengan sebuah kecepatan yang maksimal," kata Megawati. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Permintaan Megawati pada Pemerintah setelah Sutopo Purwo Nugroho Meninggal


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler