Melawan Trauma

Laporan CANDRA WAHYUDI dari Munchen

Sabtu, 19 Mei 2012 – 10:34 WIB

MUNCHEN - Ini bukan final Liga Champions pertama bagi Bayern Munchen dan Chelsea. Bayern sudah delapan kali menembus partai puncak dengan empat kali juara dan empat kali jadi runner up. Di sisi lain, Chelsea baru sekali menembus final dan gagal (2008).

Di tengah aura positif yang dibangun kedua tim, bayang-bayang kegagalan tetap saja datang. Bagi Bayern, kekalahan 0-2 dari Inter Milan pada final edisi 2010 di Santiago Bernabeu, Madrid, belum hilang dari ingatan. Dua tahun berselang dari hasil pahit itu, Bayern punya kesempatan untuk kembali menjadi juara.

"Kami kalah pada final dua tahun lalu karena kesalahan kami sendiri. Sekarang kami ingin melangkah lebih baik. Kami akan bermain dengan cara kami," kata Bastian Schweinsteiger, gelandang Bayern.

"Kami telah menunjukkannya saat melawan Real Madrid (semifinal). Hal itu menunjukkan bahwa kami bisa mengalahkan tim manapun," tutur pemain 27 tahun itu.

Kegagalan pada final dua tahun lalu memang menyakitkan bagi Bayern. Tapi, ada yang lebih menyakitkan. Yakni ketika mereka kalah 1-2 dari Manchester United pada final Liga Champions 1999 di Nou Camp, Barcelona. Dua gol kemenangan United lahir pada tiga menit masa injury time.

Drama kekalahan Bayern itu menjadi salah satu sajian di arena museum Champions Festival di Olympiapark, Munchen. Ada tiga hal yang disajikan. Pertama, sosok wasit Pierlugi Collina. Wasit asal Italia itu belakangan menjadi musuh bersama fans Bayern karena memberikan tambahan waktu yang berujung petaka bagi FC Hollywood.

Yang kedua adalah cuplikan pertandingan selama tiga menit injury time. Dimulai dari gol balasan United yang dicetak Teddy Sheringham pada menit ke-91. Dua menit berselang, sontekan Ole Gunnar Solskjaer menaklukkan kiper Bayern Oliver Kahn.

Memori ini seakan menguak luka lama pendukung Bayern. Mereka yang menyaksikan cuplikan pertandingan itu hanya bisa geleng-gelang kepala, seolah tidak percaya dengan kekalahan pahit yang diderita tim kesayangannya. Drama itu diakhiri dengan poster para pemain United mengusung trofi Liga Champions.

"Saya melihat pertandingan itu bersama rekan-rekan di tim muda Bayern. Benar-benar pengalaman yang pahit. Ketika dua gol itu terjadi, kami sangat kecewa," kata Schweinsteiger. "Jika saya bermain saat itu, saya akan menendang bola sejauh saya bisa," sambungnya.

Kegagalan Chelsea pada final 2008 tidak kalah menyakitkan. Kesempatan untuk mengalahkan Manchester United dalam adu penalti terbuang ketika kapten Chelsea John Terry gagal menjalankan tugas. Dia terpeleset dan bola tendangannya melayang di atas gawang United yang dikawal Edwin van der Sar. Andai Terry sukses menjadi eksekutor, Chelsea bakal menang 5-4. Yang terjadi kemudian adalah The Blues harus menyerah 5-6.

"Meski banyak kalangan lebih menjagokan Bayern, bek kiri Chelsea Ashley Cole menegaskan bahwa timnya layak lolos ke final. Sukses melewati juara bertahan Barcelona di semifinal membuktikan bahwa The Blues layak diperhitungkan. "Kami pantas berada di sini dan cukup bagus untuk melakukannya," katanya. (ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ambisi Menang Deltras


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler