jpnn.com - Sebuah yayasan sosial di kawasan Demak, Surabaya, menampung ABG-ABG korban trafficking. Di sana mereka "disembuhkan" dari trauma masa lalu yang kelam.
---
"SAAT tidur dengan om-om, yang saya pikirkan duit, duit, dan duit. Nggak ada lagi. Toh, sebentar lagi juga tuntas," kata Dian (bukan nama sebenarnya) ketika berbincang dengan Jawa Pos di Kantor Yayasan Embun Surabaya akhir pekan lalu.
BACA JUGA: Bus Rombongan Pengantin Nyemplung Kali
Di kantor yayasan, saban pekan gadis korban trafficking itu berkumpul. Sekitar 15 ABG tersebut berbagi cerita. Para ABG ngobrol tentang kehidupan mereka kini, sekeluar dari masa lalu yang hitam. Tentu saja, para aktivis yayasan ikut mengarahkan obrolan mereka.
Gadis 18 tahun tersebut merupakan salah seorang korban trafficking. Kini Dian masih duduk di kelas III SMK. Dia memulai petualangannya sebagai ABG nakal ketika masih berusia 15 tahun. Ketika itu dia masih duduk di bangku SMP.
BACA JUGA: Survei Ketergantungan Ekonomi Warga Dolly
Dia bercerita masa lalunya yang kelam tanpa tedeng aling-aling. Apa pun diceritakannya dengan lugas. Dia mengungkapkan, perkenalannya dengan dunia kelam itu bermula dari kebiasaannya kongko di kafe kawasan Darmo Park.
Dian bisa sampai ke sana karena ajakan teman sepermainannya. "Di kafe semula saya tidak mau ikut-ikutan mabuk. Namun, teman yang mengajak saya mengancam, kalau tidak mau ikutan saya tidak diantar pulang," ungkapnya. Sejak itulah, kebiasaannya menjadi keterusan.
BACA JUGA: Baru 58 Persen Warga Teraliri Listrik
Menurut Dian, bukan hanya gadis SMP yang kongko di sana. Bahkan, yang masih duduk di bangku SD pun ada. Namun, agar tidak canggung bergaul, kadang mereka mengaku sudah duduk di bangku SMA.
Hingga suatu saat, dia dikenalkan dengan seorang perempuan bernama Ayu Puji Astuti. Ayu merupakan mucikari yang biasa mempekerjakan anak-anak. Untung, setahun lalu Polrestabes Surabaya berhasil membongkar sepak terjang Ayu. Kini dia mendekam di tahanan.
Menurut Dian, Ayu juga korban trafficking seperti dirinya. Sepak terjangnya juga dimulai ketika sekolah. Karena sudah dewasa, Ayu banting setir menjadi mucikari. Menurut Ayu ketika itu, Dian bisa bergabung dengan kelompoknya untuk dijajakan ke sejumlah pria hidung belang.
''Istilah di kalangan kami dulu, sebagai pendatang baru saya perlu diacarakan terlebih dahulu," ungkapnya.
Sebelum menemui pria hidung belang, Ayu mendandani Dian. Termasuk, menyiapkan pakaian baru. Ayu pun membikin janji dengan pria hidung belang.
Biasanya Ayu mempertemukan dengan pelanggannya di sebuah supermarket di Jl Diponegoro. Ayu dan Dian berboncengan dengan sepeda motor. Sementara itu, pelanggan menunggu di tempat parkir supermarket tersebut. Sekali kencan, Ayu mematok Rp 800 ribu. Pembagiannya, Rp 600 ribu untuk Dian dan Rp 200 ribu untuk Ayu. (git/end/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Potong Kurban Lapas, Pisau Diawasi
Redaktur : Tim Redaksi