Melihat Bangunan-Bangunan 'Angker' di Rumania (2-Habis)

Gedung Parlemen Bisa untuk Konser Musik Rock

Kamis, 30 April 2015 – 00:11 WIB
Wartawan Jawa Pos Gunawan Sutanto di depan gedung Palatul Parlamentului. Gedung parlemen Rumania ini terbesar kedua setelah Pentagon, AS. Foto: Jawa Pos Photo

jpnn.com, RUMANIA - Meski ’’angker’’, bangunan-bangunan kuno di Rumania mampu menyedot banyak wisatawan asing. Bukan hanya kastil-kastil istana, bangunan bekas pemerintahan komunis juga disulap menjadi objek wisata sejarah.

Laporan Gunawan Sutanto, Rumania

BACA JUGA: Kisah Wong Solo yang Sudah 50 Tahun di Rumania

SELAIN Bran Castle, wisatawan asing umumnya mampir ke Peles Castle atau Kastil Peles saat berada di Rumania. Jarak tempuh keduanya sekitar 40 menit dengan kendaraan darat. Peles Castle terletak di Kota Sinaia.

Kastil itu dibangun pada 1873 oleh Raja Charles I. Awalnya, raja ingin memiliki hunian yang cocok ditinggali saat musim panas. Lalu, didirikanlah bangunan megah dengan gaya Neo-Renaissance itu.

’’Sebelum Rumania dikuasai pemerintahan komunis, istana ini sering digunakan untuk menerima kunjungan kenegaraan dan aktivitas militer,’’ terang Andreaa Rusu, staf lokal KBRI Rumania, saat mendampingi delegasi DPR RI yang berkunjung ke Peles Castle pekan lalu.

Ketika pemerintahan komunis berkuasa, mereka tidak serta-merta menghancurkan peninggalan Kerajaan Rumania itu. Istana tersebut hanya ditutup. Barang-barangnya dipindahkan ke Museum Seni Nasional di Bucharest, ibu kota Rumania.

Tapi, mulai 1953, istana dibuka kembali. Hanya, fungsinya telah diubah menjadi museum. Maka, tak heran bila di museum tersebut masih banyak benda peninggalan kerajaan. Misalnya, Hall of Honour, Dining Room, Florentine Hall, Great Hall of Arms, King’s Study, Moorish Hall, Rococo Room, dan Imperial Apartment. Dekorasi ruangan-ruangan itu masih terawat dengan baik dan relatif utuh.

Lantaran waktu berkunjung tidak banyak, saya hanya sempat melihat dari dekat keindahan istana dari teras sisi selatan atau The Southern Terrace. Tidak cukup 1–2 jam untuk menikmati seluruh keindahan panorama dan sejarah Peles Castle. Istana yang dibangun di atas lahan 3,2 ribu meter persegi itu memiliki 170 ruangan.

Sebagaimana tempat wisata di banyak negara, di sekitar Peles Castle juga banyak tempat penginapan serta restoran. Nah, menariknya, desain arsitektur bangunan-bangunan baru itu dibuat seirama dengan Peles Castle sehingga pengunjung seolah tengah berada di abad ke-15.

Selain mengunjungi kastil-kastil ’’angker’’, rombongan DPR mampir ke gedung parlemen di pusat Kota Bucharest. Gedung megah itu terpelihara dengan baik. Warga setempat menyebutnya Palatul Parlamentului atau Casa Poporului. Gedung parlemen Rumania tersebut merupakan peninggalan pemerintahan komunis pimpinan Ceauses Nicolae Ceausescu.

Saking megahnya, gedung berlantai 12 plus 4 lantai basement (plus bunker nuklir hingga kedalaman 92 meter) itu dinobatkan sebagai bangunan administrasi terbesar dan terluas kedua di dunia setelah Pentagon di Amerika Serikat. Predikat tersebut dikeluarkan World Record Academy, salah satu lembaga pemberi label rekor dunia. Gedung bergaya arsitektur neoklasik itu tetap dibiarkan utuh, meskipun rezim telah berubah.

Setelah bertemu dengan pimpinan senat dan Camera Deputatilor, rombongan diajak berkeliling gedung oleh guide cantik, Daniela. Sebelumnya, staf parlemen mengajak kami melihat ruangan-ruangan yang berfungsi untuk kegiatan parliamentary.

Misalnya, ruang paripurna yang sangat megah. Tempat pimpinan dewan berada di depan dengan posisi cukup tinggi sehingga bisa leluasa melihat kursi anggota hingga paling belakang.

’’Wow, posisi pimpinan dewan bisa tahu kalau ada anggota yang ngantuk atau main games,’’ celetuk seorang anggota DPR yang takjub melihat ruangan itu. ’’Ruang pimpinan kita nggak ada apa-apanya,’’ tambah dia.

Gedung Palatul Parlementuluidibangun saat rezim Ceausescu berkuasa. Seperti halnya Soeharto, Ceausescu dikenal sebagai diktator dan cukup lama berkuasa (25 tahun). Pada 1983, Ceausescu membangun gedung itu untuk pusat kegiatan politik dan administrasi. Gedung bertinggi 86 meter tersebut memiliki 1.100 ruangan. Total lahan yang diperlukan mencapai 340.000 meter persegi.

Untuk mengerjakan megakonstruksi itu, Ceausescu menunjuk 700arsitek, 20.000 pekerjabangunan (yang dipekerjakan dalam tiga sif), 5 ribu personeltentara, serta 1,5 jutapekerja pabrik dan relawan (sebagian narapidana).

’’Untuk proyek ini, Ceausescu menunjuk arsitek perempuan bernama Anca Petrescu sebagai pemimpin proyek. Saat itu, Anca masih berusia 28 tahun,’’ terang Daniela.

Ceausescu memindahkan warga sekitar gedung secara paksa agar ada tanah untuk membangun proyek prestisiusnya. Modusnya, kala itu, Ceausescu menggunakan alasan gempa yang baru saja terjadi di Bucharest.

Bukan hanya konstruksi yang kukuh, interior gedung juga dibuat supermegah. Ada 220.000meter persegi karpet, 3.500tonkristal, dan1 juta meterkubikmarmer untuk menghiasi interior gedung.

’’Anda tahu berapa dana yang dibutuhkan untuk membangun gedung ini? Saat itu setara USD 4 miliar,’’ jelas Daniela.

Mendengar penjelasan tersebut, seorang anggota dewan bergurau, ’’Waduh, kalau dibuat untuk membangun gedung DPR, dapat berapa, ya?’’

Nahas, sebelum gedung itu rampung, kekuasan Ceausescu tumbang oleh gerakan revolusi Rumania pada 1989. Rezim selanjutnya pun terseok-seok menyelesaikan pembangunan gedung tersebut. Gedung parlemen itu baru benar-benar tuntas pada 1994.

Menurut catatan, saat ini biaya operasi gedung tersebut mencapai USD 6 juta per tahun. Padahal, ruangan untuk kegiatan parlemen tidak lebih dari 10 persen dari keseluruhan gedung.

’’Karena itu, gedung ini disewakan untuk umum. Misalnya, untuk konser artis internasional,’’ jelasnya.

Gedung tersebut juga dibuka untuk kunjungan wisata. Setiap hari ada saja rombongan wisatawan yang mengunjungi lokasi itu.

Daniela sempat mengajak rombongan ke salah satu ruangan yang didesain cukup unik. Ruangan untuk pidato itu sengaja didesain tertutup tanpa ventilasi. Tujuannya, gema yang muncul bisa menimbulkan suara riuh saat ada tepuk tangan. ’’Coba dengarkan ini,’’ ucap Daniela sambil bertepuk tangan. Gema yang timbul membuat suara tepukan seolah berasal dari banyak orang.

Rombongan juga diajak melihat ruangan dengan plafon tertinggi, sekitar 10 meter. Ruangan itu biasa digunakan untuk acara kenegaraan dan pertujukan musik. Di luar ruangan, ada balkon yang bisa digunakan untuk melihat pemandangan pusat Kota Bucharest. Ritual selfie biasanya dilakukan wisatawan di area ini.

Sudah sekitar sejam Daniela menemani rombongan tur keliling Palatul Parlementului. Namun, dalam waktu sejam itu, baru 3 persen bangunan di kompleks tersebut yang dikunjungi.

’’Kalau kita jalan kaki, tur tadi sudah setara 2 km. Tapi, itu baru 3 persen saja yang kita datangi. Tak cukup sehari kalau mau melihat seluruh kompleks,’’ ujarnya bercanda.

Di Bucharest ada sejumlah bangunan bersejarah yang kerap menjadi jujukan wisatawan. Antara lain, kota tua atau yang biasa disebut Lipscani Area. Ada juga Revolution Square, Triumph Arc, dan Village Museum.

Staf KBRI Bagian Penerangan Dicky Ahmad Rizaldy menyatakan, pemerintah Rumania begitu ketat menjaga bangunan-bangunan bersejarah mereka. Setelah rezim komunis runtuh, mereka memberlakukan aturan ketat agar bangunan bersejarah tetap kukuh dan orisinal.

Itulah yang juga dirasakan KBRI. Saat ini, mereka menempati bangunan dengan status sewa. Pemerintah Indonesia tidak lagi bisa membeli bangunan itu karena sudah tidak boleh berganti kepemilikan. Bahkan, untuk sekadar mengecat dindingnya, harus ada izin dari pemerintah.

Proses izinnya pun lumayan lama. Sebelum izin keluar, pemerintah akan menerjunkan tim untuk meneliti. ’’Mereka akan melihat dan memutuskan apa dan bagaimana renovasi yang boleh dilakukan,’’ jelasnya. (*/c5/ari)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Angker   Wisatawan   Komunis   Rumania  

Terpopuler