Melihat Perilaku Oknum Polri, Bang Neta Khawatir Kerusuhan Seperti di Amerika Terjadi di Sini

Jumat, 05 Juni 2020 – 14:09 WIB
Neta S Pane. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai Kapolri Jenderal Pol Idham Azis perlu mengevaluasi sikap, perilaku serta kinerja para kapolda dan kapolres. Tujuannya, agar kerusuhan dan kekacauan seperti di Amerika Serikat tidak terjadi di Indonesia.

"IPW menilai apa yang terjadi di AS berpotensi juga terjadi di Indonesia saat ini. Kekacauan di AS akibat sikap anggota polisi yang mengedepankan arogansi," ujar Neta dalam pesan tertulis, Jumat (5/6).

BACA JUGA: Herman Herry Apresiasi Satgassus Polri dalam Pengungkapan 402 Kg Sabu-sabu Jaringan Iran

Kematian warga kulit hitam George Floyd di Minneapolis, AS, disebut akibat ulah anggota polisi yang semena mena dan tidak mengindahkan hak asasi manusia.

"Nah, di Indonesia, sikap oknum polisi yang semena-mena, arogan, melakukan krimialisasi, berpihak, tidak peka, dan mencederai rasa keadilan masyarakat sudah menjadi rahasia umum yang sering terjadi," ucapnya.

BACA JUGA: Arsul Sani Desak Polri Selidiki Tertembaknya Dua Warga Poso

Neta lebih lanjut mengatakan, berbagai keluhan masyarakat ke IPW terutama dari daerah, yang kemudian disampaikan ke elite kepolisian, sering tidak cepat disikapi secara promoter. Padahal, sikap seperti itu bisa menjadi api dalam sekam yang memicu kekacauan, seperti yang terjadi di 1998 lalu.

Neta mencontohkan aksi teroris baru-baru ini yang membuat terbunuhnya anggota polisi di sebuah Polsek di Kalimantan Selatan.

BACA JUGA: Bang Neta Curiga Anak Buah Anies Baswedan Ini Ingin Mengadu Domba KPK dengan Polri

"Anggota polisi saja bisa terbunuh di kantornya, lantas apa yang bisa diharapkan masyarakat dari polisi dalam menjaga keamanan publik," tutur Neta.

Ironisnya, kata pemerhati kepolisian itu, dalam kasus yang terjadi hanya kapolres yang dicopot. Sementara kapolda tidak tersentuh hukuman. Padahal, peristiwa itu terjadi akibat tidak berjalannya sistem deteksi dini dan lemahnya kinerja intelijen yang dibangun, sehingga teroris bisa mengobok obok kantor polisi.

"Jadi, sudah saatnya kapolri mengevaluasi sikap perilaku dan kinerja para kapolda dan kapolres," katanya.

Terutama oknum kapolda dan kapolres yang mengkriminalisasi hak hak ulayat. Oknum yang mengkriminalisasi pengusaha lokal dengan tujuan tertentu, atau diperalat pihak tertentu, untuk mencederai rasa keadilan publik. Selain itu juga oknum yang tidak becus bekerja secara promoter.

"Oknum-oknum tersebut harus dicopot dari jabatan dan dimasukkan ke dalam kotak dan kotaknya digembok tiga. Oknum polisi seperti itu tidak pantas menjadi pimpinan kepolisian. Hanya akan menjadi benalu buat masyarakat maupun polri," ucapnya.

Neta juga mengingatkan, polri mewaspadai terjadinya krisis ekonomi sebagai dampak pandemi Virus Corona (Covid 19). Neta khawatir, bisa menjadi krisis sosial dan politik.

"Jika dalam multi krisis ini jajaran polri tidak promoter dan lebih mengedepankan arogansi, seperti yang dialami Goerge Floyd, bukan mustahil kekacauan seperti di AS akan terjadi di Indonesia, apalagi persoalan di Indonesia sangat kompleks dan pelik," pungkas Neta. (gir/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler