jpnn.com, SURABAYA - Legenda fashion Surabaya Aryani Widagdo resmi merilis buku perdananya yang berisi tentang yoyo dari kain perca dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Buku bertajuk Aryani Widagdo dan Yoyo Kain itu merupakan hasil riset selama tiga tahun.
Perempuan yang kini lebih banyak berkiprah sebagai fashion educationist itu membahas 20 kreasi yang bisa dilakukan dengan yoyo kain. Setiap ulasan di buku setebal 190 halaman tersebut ditulis dengan gaya yang mudah dicerna. Terutama untuk pemula. Buku itu dia persembahkan untuk penggemar kerajinan menjahit.
Konsep buku tersebut adalah pemanfaatan kain perca. Bagi perempuan yang mendirikan Arva School of Fashion itu, potongan kain yang dianggap sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. "Saya mendapatkan ide ini dari berbagai situasi yang banyak diminati, yakni slow dan ethical fashion," jelas perempuan yang kerap berbagi pengetahuan tentang fashion melalui akunnya di media sosial tersebut.
Bukan hanya untuk baju atau pemanis tas, yoyo kain juga bisa diolah menjadi boneka. Namanya memang yoyo, tapi tak ada kaitannya dengan yoyo, alat permainan ketangkasan itu. Yoyo kain bisa diperoleh dengan menggunting kain berbentuk lingkaran, jelujur tepinya, lalu ditarik hingga jahitan terkumpul di tengah. Bentuk akhirnya adalah lingkaran dengan kerutan di tengah.
Yang menjadi perhatian utama Aryani dalam peluncuran buku itu adalah membumikan home sewing. Aktivitas jahit-menjahit di rumah tangga untuk menghasilkan benda dan busana yang cantik. "Karena ada ikatan emosional. Hasilnya akan disayang dan disimpan dengan penuh kebanggaan," tutur perempuan yang memutuskan pensiun dari Arva pada 2015 tersebut. Karena itu, dia menandai peluncuran bukunya dengan workshop.
Transfer ilmu langsung bersama Aryani tidak hanya diminati ibu rumah tangga biasa. Beberapa desainer yang sudah berpengalaman tampak ikut serta. Misalnya, Saffana, perancang busana yang tergabung dalam Indonesian Fashion Chamber (IFC) Surabaya. "Idenya selalu baru, seperti sekarang Bu Aryani ingin membumikan fashion tanpa limbah. Ini harus didukung," paparnya.
Meski usianya tidak lagi muda, Aryani aktif merilis ide-ide di dunia fashion. Belakangan, dia menunjukkan kepedulian pada zero waste. Yakni, menghasilkan busana dengan seminim-minimnya limbah kain perca. Perempuan kelahiran 6 Juli 1949 itu kerap berdiskusi dengan Embran Nawawi, salah seorang desainer yang sudah malang melintang di dunia fashion Surabaya. (zam/c6/any)
BACA JUGA: Sesuaikan Gaun dengan Tema Acara
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pamerkan 30 Gaun Melalui Fashion Drama
Redaktur : Tim Redaksi