jpnn.com - Renggangnya hubungan Nissan dengan Renault makin santer, pascaskandal bos aliansi Carlos Ghosn terkuak ke publik.
Akibatnya, Nissan dikabarkan tengah memikirkan untuk keluar dari aliansi (Renault-Nissan-Mitsubishi).
BACA JUGA: Nissan 370Z yang Digunakan Paul Walker Jadi Mobil Paling Mahal, Sebegini Harganya
Para analisis memprediksi Nissan kemungkinan akan memilih kerja sama dengan pabrikan senegara, seperti Honda.
Targetnya pun menjadi perusahaan otomotif terbesar dan nomor satu di negara sendiri. Mengalahkan Toyota salah satu bidikannya.
BACA JUGA: Jaguar Land Rover Kembangkan Kursi Pintar Antikram
Menurut analis LightStream Research, Mio Kato, perpecahan antara Nissan dan Renault dinilai dapat mendorong produsen mobil Jepang itu mencari kemitraan baru yang memungkinkannya bisa menyaingi Toyota. Salah satunya bergabung dengan Honda.
"Honda memang tidak pernah terlibat kerja sama yang agresif. Namun jika melihat daya saing Toyota yang makin kuat, maka mungkin saja Honda menyetujui rencana itu," ujar Mio Kato, lansir Carscoops.
BACA JUGA: Huawei Bersepakat dengan TomTom Gantikan Google Maps
Sementara itu, kedua perusahaan belum menanggapi terkait rumor tersebut.
Pada kesempatan lain, Nissan pernah mengatakan bahwa aliansi mereka dengan Renault tidak akan putus, ini menanggapi celotehan Ghosn saat pelariannya di Lebanon.
"Aliansi Renault-Nissan tidak mati! Kami akan segera menunjukkan alasannya kepada Anda,” tegas pimpinan baru aliansi, Jean-Dominique Senard kepada harian Belgia L.
Mio Kato percaya bahwasannya ketika produsen mobil ingin membangun kemitraan yang kuat pada tahun-tahun mendatang, industri mobil Jepang dapat dipecah menjadi dua kelompok raksasa.
Salah satunya ialah Toyota yang telah memiliki saham di Mazda, Suzuki, dan Subaru.
Jika Nissan menolak Renault demi Honda, penjualan tahunan tersebut itu bisa naik yang tadinya hanya di bawah 11 juta unit per tahun, menjadi sekitar 12 juta unit per tahun. (mg8/jpnn)
VIDEO: Luna Maya Pindah Agama?
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha