jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengomentari keputusan BukaLapak yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Idealnya, semakin penjualan naik, CS-nya ditambah, bukan malah di-PHK," kata Bhima, Jumat (13/9).
BACA JUGA: 17 Nama Tokoh Muda di Bursa Calon Menteri, Ada Bos Bukalapak
Bhima menambahkan, modal ventura atau investor yang menyuntik dana ke e-commerce memiliki keterbatasan.
Apalagi, sejumlah negara asal investasi dari AS, negara-negara Eropa, Jepang, dan Tiongkok sekarang ini sedang mewaspadai resesi ekonomi global.
"Pastinya akan berpengaruh pada suntikan modal yang disalurkan ke Indonesia. Entah secara langsung ke Bulalapak atau lewat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)," tuturnya.
Dia khawatir BukaLapak tutup jika investor tidak kuat lagi menghadapi persaingan promo besar-besaran.
“Ada kekhawatiran, pada ujungnya kalau investornya sudah tidak kuat menyuntik modal, dia akan merger atau akan dijual ke perusahaan e-commerce yang lebih besar," ungkap Bhima.
Hal tersebut pernah terjadi di bidang transportasi online. Dari yang tadinya ada sepuluh perusahaan kini tersisa dua.
"Jangan sampai nanti kasusnya seperti Uber di Indonesia yang akhirnya harus merger dengan perusahaan online lain yang lebih besar," katanya.
Menurut Bhima, nantinya yang bisa bertahan ialah pihak yang memiliki modal terbesar. Jumlahnya bisa 1-2.
“Yang lain akan diakusisi atau merger alias tutup," tuturnya.
Secara makro, Bhima melihat seluruh pemain ritel, baik online maupun konvensional terkena dampak dari pelemahan konsumsi akibat penurunan daya beli, khususnya di kelas menengah. (jos/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi