Sudirman besar di lapangan sepak bola. Dia punya istri yang mantan pemain bola voli. Pasangan itu dikaruniai tiga buah hati yang semua berkecimpung di dunia olahraga. Bagaimana bisa?
MUHAMMAD AMJAD, Jakarta
BUAH jatuh tidak jauh dari pohon. Pepatah itu, tampaknya, pas untuk menggambarkan keluarga Sudirman. Mantan bintang tim nasional sepak bola Indonesia tersebut mempunyai keluarga yang istimewa. Betapa tidak, istri dan tiga anaknya berkecimpung dalam dunia olahraga.
Tri Wahyuni, istri Sudirman, adalah penggawa timnas voli pada era 1990-an. Putri pertama mereka adalah Nandita Ayu Salsabila yang kini menjadi bagian dari timnas voli junior. Tasya Aprilia Putri, anak kedua Sudirman, juga menekuni voli. Sementara itu, Risky M. Sudirman, putra bungsu Sudirman, mengikuti jejak sang ayah menjadi pemain bola. Risky bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Villa 2000.
Ayu -sapaan Nandita Ayu Salsabila- kini menjalani pemusatan latihan timnas bola voli junior yang dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan Asian Youth School. Hal itu membuatnya harus berpisah dengan keluarga.
Sebagai kepala keluarga, Sudirman sadar betul kondisi yang harus dialami itu. Sebagai mantan atlet nasional, dia tahu benar kerasnya latihan yang harus dilakoni atlet profesional. Seperti itulah yang kini dijalani Ayu.
''Risiko atlet, jarang pulang ke rumah, sibuk latihan. Sudah empat bulan dia (Ayu, Red) tidak pulang. Jadi, kami yang ngalahi menjenguknya,'' kata Sudirman, 44, kepada Jawa Pos.
Dia menyatakan sengaja mengarahkan anaknya menjadi atlet. Hal itu berkaca pada kisah hidupnya sendiri. ''Karena saya sepak bola dan ibunya voli, kami sudah merasakan enaknya jadi atlet. Sekarang kami tinggal menikmati,'' ujar pria yang saat aktif menjadi pemain berposisi sebagai stopper tersebut.
Karena itu, Sudirman dan istri berusaha keras mengarahkan buah hatinya untuk mencintai olahraga. Tidak hanya mengajak ke lapangan saat berlatih, tapi juga membujuk sang anak untuk mau berlatih. ''Ada saja caranya, mulai memaksa sampai dibujuk untuk mau berlatih. Biasanya kami belikan makanan kesukaan mereka, tapi setelah itu harus latihan,'' ucapnya lantas tertawa.
Perjuangan Sudirman membuahkan hasil. Ayu yang kini berusia 16 tahun berhasil masuk timnas junior. Dia menjadi pemain profesional di klub Popsivo Polwan yang tahun ini menjadi jawara Proliga.
''Sekarang mereka menikmati hasilnya. Memang berat, tapi ujungnya kan enak juga. Kami tidak perlu memberi uang jajan. Malah sekarang mereka bisa memberi orang tuanya,'' tutur Sudirman.
Ayu mengakui, orang tuanya telah memberikan jalan yang tepat. Meski harus lelah berlatih dan kehilangan waktu bermain, dirinya tidak pernah menyesal menjadi atlet profesional. Dia bersyukur punya orang tua yang mantan atlet. Selain bakat yang menurun kepada dirinya, Ayu semakin terbantu dengan atmosfer latihan yang dibawa orang tuanya.
''Saya beruntung, latihan yang saya dapatkan dari orang tua tentu berbeda. Karena itu, saya bisa seperti sekarang ini,'' tuturnya.
Untuk mendukung kemampuan, Ayu memiliki alat latihan sendiri di rumah. Bukan hanya latihan, untuk menu makanan dan suplemen pendukung, dia lebih diperhatikan dan beruntung dibanding rekan-rekannya. Ayu mendapat multivitamin yang tepat dan rutin, sehingga mendukung perkembangan fisiknya.
''Tempat dan alat latihan saya sudah siap. Multivitamin juga sudah disiapkan. Saya bertekad meraih prestasi lebih tinggi dari orang tua,'' tegasnya.
Ayu menyadari tidak bisa menikmati masa muda dengan bebas. Namun, dia sedikit terobati karena suasana di mes timnas sangat nyaman. Dia berkumpul dengan rekan-rekan sesama pemain timnas yang sebaya. Ayu merasa lebih nyaman tinggal di mes karena bisa terus berkumpul dengan teman-temannya.
''Saya tetap bisa main meski saya lebih sibuk dibanding anak seusia saya. Saya harus berlatih setiap hari. Tapi, saya menikmatinya,'' tegas pemain yang berposisi sebagai open spiker tersebut.
Cita-cita Ayu ke depan adalah bisa melampaui pencapaian ibunya yang meraih medali perak dalam ajang SEA Games. Dia berambisi mempersembahkan emas untuk Indonesia. ''Saya berusaha keras. Mudah-mudahan voli juga terus berkembang di Indonesia,'' ungkapnya. (*/c5/ca)
MUHAMMAD AMJAD, Jakarta
BUAH jatuh tidak jauh dari pohon. Pepatah itu, tampaknya, pas untuk menggambarkan keluarga Sudirman. Mantan bintang tim nasional sepak bola Indonesia tersebut mempunyai keluarga yang istimewa. Betapa tidak, istri dan tiga anaknya berkecimpung dalam dunia olahraga.
Tri Wahyuni, istri Sudirman, adalah penggawa timnas voli pada era 1990-an. Putri pertama mereka adalah Nandita Ayu Salsabila yang kini menjadi bagian dari timnas voli junior. Tasya Aprilia Putri, anak kedua Sudirman, juga menekuni voli. Sementara itu, Risky M. Sudirman, putra bungsu Sudirman, mengikuti jejak sang ayah menjadi pemain bola. Risky bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Villa 2000.
Ayu -sapaan Nandita Ayu Salsabila- kini menjalani pemusatan latihan timnas bola voli junior yang dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan Asian Youth School. Hal itu membuatnya harus berpisah dengan keluarga.
Sebagai kepala keluarga, Sudirman sadar betul kondisi yang harus dialami itu. Sebagai mantan atlet nasional, dia tahu benar kerasnya latihan yang harus dilakoni atlet profesional. Seperti itulah yang kini dijalani Ayu.
''Risiko atlet, jarang pulang ke rumah, sibuk latihan. Sudah empat bulan dia (Ayu, Red) tidak pulang. Jadi, kami yang ngalahi menjenguknya,'' kata Sudirman, 44, kepada Jawa Pos.
Dia menyatakan sengaja mengarahkan anaknya menjadi atlet. Hal itu berkaca pada kisah hidupnya sendiri. ''Karena saya sepak bola dan ibunya voli, kami sudah merasakan enaknya jadi atlet. Sekarang kami tinggal menikmati,'' ujar pria yang saat aktif menjadi pemain berposisi sebagai stopper tersebut.
Karena itu, Sudirman dan istri berusaha keras mengarahkan buah hatinya untuk mencintai olahraga. Tidak hanya mengajak ke lapangan saat berlatih, tapi juga membujuk sang anak untuk mau berlatih. ''Ada saja caranya, mulai memaksa sampai dibujuk untuk mau berlatih. Biasanya kami belikan makanan kesukaan mereka, tapi setelah itu harus latihan,'' ucapnya lantas tertawa.
Perjuangan Sudirman membuahkan hasil. Ayu yang kini berusia 16 tahun berhasil masuk timnas junior. Dia menjadi pemain profesional di klub Popsivo Polwan yang tahun ini menjadi jawara Proliga.
''Sekarang mereka menikmati hasilnya. Memang berat, tapi ujungnya kan enak juga. Kami tidak perlu memberi uang jajan. Malah sekarang mereka bisa memberi orang tuanya,'' tutur Sudirman.
Ayu mengakui, orang tuanya telah memberikan jalan yang tepat. Meski harus lelah berlatih dan kehilangan waktu bermain, dirinya tidak pernah menyesal menjadi atlet profesional. Dia bersyukur punya orang tua yang mantan atlet. Selain bakat yang menurun kepada dirinya, Ayu semakin terbantu dengan atmosfer latihan yang dibawa orang tuanya.
''Saya beruntung, latihan yang saya dapatkan dari orang tua tentu berbeda. Karena itu, saya bisa seperti sekarang ini,'' tuturnya.
Untuk mendukung kemampuan, Ayu memiliki alat latihan sendiri di rumah. Bukan hanya latihan, untuk menu makanan dan suplemen pendukung, dia lebih diperhatikan dan beruntung dibanding rekan-rekannya. Ayu mendapat multivitamin yang tepat dan rutin, sehingga mendukung perkembangan fisiknya.
''Tempat dan alat latihan saya sudah siap. Multivitamin juga sudah disiapkan. Saya bertekad meraih prestasi lebih tinggi dari orang tua,'' tegasnya.
Ayu menyadari tidak bisa menikmati masa muda dengan bebas. Namun, dia sedikit terobati karena suasana di mes timnas sangat nyaman. Dia berkumpul dengan rekan-rekan sesama pemain timnas yang sebaya. Ayu merasa lebih nyaman tinggal di mes karena bisa terus berkumpul dengan teman-temannya.
''Saya tetap bisa main meski saya lebih sibuk dibanding anak seusia saya. Saya harus berlatih setiap hari. Tapi, saya menikmatinya,'' tegas pemain yang berposisi sebagai open spiker tersebut.
Cita-cita Ayu ke depan adalah bisa melampaui pencapaian ibunya yang meraih medali perak dalam ajang SEA Games. Dia berambisi mempersembahkan emas untuk Indonesia. ''Saya berusaha keras. Mudah-mudahan voli juga terus berkembang di Indonesia,'' ungkapnya. (*/c5/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA...
Redaktur : Tim Redaksi