jpnn.com, JAKARTA - Kemenkominfo menggelar kegiatan Literasi Digital untuk menekankan bahaya hoaks. Terlebih di tengah arus modernisasi yang memudahkan perkembangan teknologi, internet membawa banyak potensi.
“Internet mempunyai dua dampak yaitu positif dan negatif, kita harus memperbanyak konten positif untuk mengimbangi konten-konten negatif di internet," ujar Ketua Tim Literasi Digital sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso dalam keterangannya dikutip Selasa (26/3).
BACA JUGA: Telkomsel Meluncurkan Paket kuWota JKT48, Fan Merapat, Banyak Konten Eksklusif
Bambang mengimbau mahasiswa dan masyarakat untuk berkontribusi di ruang digital dengan menciptakan konten-konten positif sebagai bentuk memerangi berita hoaks yang beredar di internet.
Dia berharap kegiatan Literasi Digital yang terselenggara bersama Universitas Tadulako ini bisa memberikan pemahaman praktis kepada peserta agar tidak lagi terdapat penyalahgunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: Samsung Galaxy S24 Series Hadir dengan Fitur AI, Bikin Konten Tanpa Ribet
Senada itu, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako, Ahmad Herman membuka paparan Digital Ethics dengan pernyataan dualisme teknologi. Menurutnya, teknologi adalah “way of life”, tetapi bisa juga menjadi senjata yang berbalik bagi penggunanya, salah satunya adalah kemunculan hoaks. Hoaks muncul dari penyalahgunaan teknologi dan informasi.
"Gencar dan tidak dapat dihentikan 100 persen, tetapi yang mampu kita lakukan adalah menekan kemunculannya agar tidak berkembang menjadi masif dan menimbulkan gejolak sosial,” tutur Ahmad.
Ahmad melanjutkan terdapat beberapa cara untuk kebal terhadap hoaks, antara lain adalah membaca keseluruhan isi berita, berpikir kritis, check dan recheck, kurangi baper terhadap informasi yang sensitif, tahan jempol sebelum sharing.
Selain itu, lapang dada, toleran dan sabar dalam interaksi serta melatih integritas, dengan selalu jujur, dan adil terhadap berita yang benar.
Kiat-kiat juga turut disampaikan oleh Pandu Digital Badge Hitam, Fajar Eri Dianto untuk mendekonstruksi informasi yang didapatkan pengguna internet, utamanya di sini adalah para mahasiswa Universitas Tadulako.
Sedari awal, menurut Eri, mahasiswa harus kritis dengan beragam analisis.
"Contoh-contoh kiat-kiat tersebut bisa dimulai dari pemikiran untuk dapat memahami kontradiksi dalam makna sebuah info,sehingga dapat mengubah teks dan merumuskan pemaknaan yang sesuai dan sengaja disembunyikan,” jelas Eri.
Setelah memahami makna terselubung, mahasiswa diminta untuk menyusun ulang informasi yang didapat, dan merumuskan makna sebenarnya, sehingga terungkap makna terselubung dalam kabar tersebut. Kemudian berani untuk mengungkapkan makna yang terselubung tadi dengan benar. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad