Memikul Beban Sebagai Cucu Soekarno & Anak Megawati, Puan Maharani Punya Gaya Kepemimpinan Seperti Apa?

Minggu, 08 Agustus 2021 – 09:55 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tahun 2019 Puan Maharani mencatatkan sejarah setelah dirinya dipilih sebagai perempuan pertama yang menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sebelumnya, jabatan ini selalu diisi oleh kaum 'maskulin'.

Bila ditarik lagi ke belakang, Puan juga pernah didapuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) oleh Presiden Joko Widodo pada 2014-2019.

BACA JUGA: Peristiwa Mengerikan Ini Terjadi di Bandung, Para Orang Tua Harus Hati-hati

Apalagi, Puan juga masuk jajaran elite partai yang dipimpin oleh ibunya, Megawati Soekarnoputri.

Publik pun bersuara, mempertanyakan kredibilitas dan kualitas kepemimpinan seorang Puan Maharani. Terlebih lagi, dia memang sudah berada di lingkaran abdi negara seumur hidupnya.

BACA JUGA: Polisi Sedang Memburu 2 Manusia Silver, Lihat Saja Tingkahnya, Ada yang Kenal Mereka?

Ibunya ialah Presiden RI Kelima, almarhum ayahnya, Taufiq Kiemas menjabat Ketua MPR, lalu kakeknya, Soekarno adalah Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI.

Lalu seperti apa sebenarnya sosok Puan? Politikus PDI Perjuangan Aria Bima menilai sebagai Ketua DPR, Puan merupakan sosok yang cukup cerdas dan cepat dalam menyesuaikan diri sebagai pemimpin.

BACA JUGA: Baliho Puan Bertebaran, Asrinaldi: Apa Sudah Bisa Menyaingi Ganjar Pranowo?

“Kadang bisa sebagai teman, bisa sebagai kakak, kadang bisa juga sebagai ibu. Dia juga bisa mengeluarkan taringnya sebagai pemimpin yang berani bersikap,” kata Aria.

Dia juga melihat bahwa eks Menko PMK tersebut berproses dan akan menjadi seseorang yang cukup matang. Selama satu tahun terakhir ini, Aria menyebutkan Puan harus menghadapi berbagai persoalan.

Di antaranya, lanjut dia, RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang sempat menghebohkan DPR, kemudian persoalan mikrofon, dan sosoknya yang dikait-kaitkan dengan Ganjar Pranowo sempat menyudutkan posisi Puan.

“Tapi ada keberanian karena akal dan keyakinannya yang menurut saya cukup tegar, dan dia cukup mencermati perkembangan dinamika yang ada dan di dalam proses itu lah yang dia harus lalui, di dalam satu tekanan dan sesuatu yang cukup getir ya buat perasaannya dia,” ucap Aria.

Dia menilai Puan cukup tenang dalam menyikapi berbagai persoalan tersebut. Aria melihat proses kematangan Puan akan makin nampak ketika memimpin DPR dengan fraksi pemenang pemilu, terlepas ada pro dan kontra dalam proses itu.

Mengaitkannya dengan kemungkinan Puan maju sebagai kandidat presiden dalam Pilpres 2024, Aria beranggapan bahwa waktunya masih cukup untuk Puan melakukan upaya yang ditujukan untuk proses elektoral. Beban menjadi pemimpin negara bukan hal yang mudah.

“Saya percaya kalau beliau mau maju dalam kandidat presiden, waktunya masih cukup untuk lebih meng-create, melakukan corrective action di dalam berbagai hal yang lebih ditujukan untuk proses elektoral. Karena mbak ini terlalu lugu juga, terlalu original, belum dipoles-poles,” ujar pria kelahiran 29 Mei 1965 ini.

Secara pribadi, Aria yang cukup dekat dengan Puan menilai ada satu hal yang dianggapnya cukup matang dalam proses berbagai dinamika satu tahun terakhir ini.

“Saya suka mbak (Puan) justru tidak diruntuhkan. Mbak terhantam oleh baliho, mbak dihantam oleh mikrofon, mbak dihantam oleh kasus Jawa Tengah kemarin,” Aria menekankan.

Satu hal yang berkesan baginya tentang sosok Puan adalah dia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi seorang cucu Soekarno yang mendapatkan tugas berbagai jabatan politik.

Aria mengatakan Puan pernah berkata kepadanya bahwa jabatan itu adalah sarana efektif untuk mewujudkan cita-cita kakek dan ibunya yang belum tercapai.

“Saya masih yakin kehendak subjektif itulah yang akan memajukan Mbak Puan untuk membekali diri supaya cita-cita kekuasaan yang dia inginkan itu hanya sekadar sarana untuk mewujudkan cita-cita kakek dan ibunda yang belum terwujud. Itu yang Mbak Puan sering katakan ke saya,” Aria bercerita.

Pengamat politik President University Muhammad AS Hikam, pernah menyampaikan bahwa Puan telah mengukir sejarah perpolitikan di tanah air, sebagaimana ibunya dulu.

Menurut Hikam, capaian ini harus disyukuri dan diapresiasi serta dicatat dengan tinta emas.

Hikam juga menyebutkan bahwa pengalaman Puan telah cukup panjang dalam berbagai penugasan, mulai dari kader partai, anggota parlemen, Ketua Fraksi, Menteri Koordinator dan kini Ketua DPR.

Dia percaya dengan setumpuk pengalaman ini, Puan Maharani akan mampu membawa DPR ke arah lebih baik.

"Kemudian setelah satu tahun menjabat Ketua DPR, yakni pada 2020, kepemimpinan Puan mulai mendapat apresiasi," katanya.

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirajuddin Abbas menilai, Puan berhasil meningkatkan konsistensi DPR dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Selain itu, menurutnya, Puan cukup responsif dalam mendengar aspirasi rakyat, terutama melalui forum-forum online. Hal ini menjadi indikasi penting bahwa DPR cukup aktif mendengar, menampung, dan memikirkan aspirasi rakyat.

Dia menilai sejauh ini pandemi Covid-19 juga tidak mengganggu kinerja DPR dalam menjalankan tupoksinya. Dalam beberapa bulan selama pandemi, DPR tetap produktif membahas dan menyelesaikan sejumlah undang-undang penting.

Dalam sisa masa jabatannya, Sirajuddin menyarankan agar Puan terus memimpin DPR sesuai harapan publik, yakni lebih kritis dan proaktif dalam perumusan kebijakan.

"Jika hal ini berhasil dilakukan, DPR akan dapat mengembalikan kepercayaan rakyat pada akhir periode ini," ujar dia. (rhs/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler