Mempopulerkan Film Dokumenter Karya Siswa SMA dan SMK

Minggu, 21 September 2014 – 15:04 WIB
Mempopulerkan Film Dokumenter Karya Siswa SMA dan SMK. Malang Post/JPNN.com

jpnn.com - Sebanyak 22 film dokumenter karya siswa SMA dan SMK ditampilkan dalam Festival Dokumenter Pelajar yang berlangsung di SMKN 4 Malang, Jawa Timur, Jumat (19/9) lalu.

Direktur Film Dokumenter Pelajar (FDP), Mohammad Abdul Malik mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan festival yang diselenggarakan oleh Kelas Film Indonesia. Kegiatan lain adalah road show ke tujuh kota. Di antaranya, Malang, Batu, Bangil, Lamongan, Surabaya, Gresik, dan Blitar.
"Road Show ini untuk menyebar virus film dokumenter terhadap siswa. Sebab, selama ini peminat dokumenter sangat minim," katanya.

BACA JUGA: Lagu Spesial untuk JLaw

Karya tersebut berasal dari beberapa daerah, paling banyak dari Malang Raya. Rincinya, SMKN 3 Batu ada 8 karya, SMKN 10 Malang sebanyak 2 karya, SMK 5 Muhammadiyah ada 4 karya, SMK 2 Muhammadiyah 1 karya, SMKN 4 ada 1 karya. Selebihnya berasal dari Bangil, Surabaya, Blitar, Lamongan, dan Gresik.   

Menurutnya, minimnya minat pada film dokumenter dikarenakan ruang apresisi sangat kurang. Hal ini terlihat dari hasil road show ke tujuh kota. Banyak karya-karya yang belum diapresiasi. Saat siswa menyelesaikan tugas sekolah, setelah dilakukan penilaian hanya dimasukkan ke lemari atau disimpan. Makanya,  adanya FDP ini diharapkan karya siswa dapat terwadahi dan tidak sebatas menyelesaikan tugas semata.  

BACA JUGA: Mantan Pacar CR7 Selfie Bugil

Dicontohkannya, pada pagelaran Malang Film Festical (Mafifes), dari 120 karya yang dibuat dan ikut serta, hanya 8 karya film dokumenter. Selebihnya adalah film fiksi.

”Cukup ironis ketika melihat kondisi film dokumenter saat ini, makanya datang ke sekolah-sekolah untuk menyosialisasikan kegiatan ini. Dan ini kali pertama diselenggarakan untuk kategori film dokumenter,"contoh alumnus UMM ini.

BACA JUGA: Ingin Temui Ayu, Enji Sesumbar Penuhi Semua Kebutuhan Bilqis

Pria kelahiran Semarang ini menjelaskan, minimnya apresiasi terhadap film dokumenter karena tidak adanya literatur yang cukup, dan media memberikan tontonan yang monoton, seperti sinetron dan talk show.  Bahkan di bioskop sangat jarang sekali ditemukan adanya pemutaran film-film dokumenter.

Sehingga, film dokumenter karya anak bangsa lebih laku di luar negeri daripada di Indonesia. Sebab, di negara luar film dokumenter sangat dihargai dan menjadi tontonan sehari-hari.

Untuk penilaiannya ada tiga kriteria, kesesuaian dengan tema, ide cerita dan baru pada teknisnya (Pembuatannya). Intinya pada FDP kali ini kami minta semua siswa mengangkat kultur setiap daerahnya masing-masing,”terangnya lebih lanjut. (mik/oci)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Robi Gabung Kembali, Geisha Punya Gairah Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler