"Saat ini banyak menara BTS didirikan oleh perusahaan telekomunikasi di berbagai daerah. Tapi aspek K3-nya masih kurang. Maka itu, diimbau untuk dapat meningkatkan aspek K3 guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja," ungkap Muhaimin di Jakarta, Selasa (25/9).
Muhaimin menjelaskan, seharusnya perusahaan telekomunikasi harus bisa mengawasi secara ketat tentang K3 di sekitar menara BTS. Karena, bagaimanapun menara BTS itu sangat mengandung resiko kerja yang tinggi.
"Ini harus jadi perhatian bagi perusahaan telekomunikasi. Kecelakaan kerja di sector ini harus diminimalisir," ujarnya.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi saat pembangunan maupun pemeliharaan menara BTS, pemerintah akan mengambil kebijakan khususnya berupa pemberdayaan Pengawas Ketenagakerjaan. ”Tak hanya itu, Kemnakertrans pun telah menyusun Pedoman K3 pada Industri Telekomunikasi serta telah memfasilitasi terbentuknya Asosiasi Jaring K3 Telekomunikasi (Jaring K3 Telko)," kata Muhaimin.
Disebutkan, secara keseluruhan saat ini di Indonesia terdapat 11 operator wireless dengan total 23 brands/produk dengan berbagai segmen pasar. Sedangkan pada tahun 2008, menara BTS di Indonesia telah mencapai 60.000 unit yang melayani 11 operator. Di Indonesia satu menara BTS melayani 2318 pelanggan. Dalam lima tahun ke depan, industri seluler Indonesia diperkirakan membutuhkan 158.030 menara BTS.
Muhaimin mengatakan, saat ini banyak kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja telah terjadi di banyak perusahaan. Sejak tahun 2006, telah lebih dari 15 orang pekerja tewas dan luka-luka akibat terjatuh, tersengat listrik, maupun tertimpa menara BTS
“Untuk itu para pengusaha, manajemen perusahaan dan tenaga kerja, diharapkan mengambil inisiatif dan lebih serius dalam meningkatkan pelaksanaan K3 di tempat kerjanya masing-masing," tukasnya. (Cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Kekurangan Aparat Pajak
Redaktur : Tim Redaksi