Mendadak Melempem, Iran Sebut Membalas Kematian Ismail Haniyeh Bukan Prioritas

Minggu, 11 Agustus 2024 – 14:43 WIB
Pemakaman pemimpin biro politik kelompok perlawanan Hamas Ismail Haniyeh di Universitas Teheran, Iran. ANTARA/Anadolu/aa.

jpnn.com, NEW YORK CITY - Republik Islam Iran mengaku tidak ingin pembalasannya terhadap Israel merusak prospek perdamaian di Gaza.

Sikap ini bertolak belakang dengan yang disampaikan petinggi-petinggi Iran menyusul kematian pentolan Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran bulan lalu.

BACA JUGA: Iran Kutuk Keras Tindakan Israel yang Membunuh Petinggi Hamas Ismail Haniyeh

Ketika itu, Teheran dengan tegas menyalahkan Israel dan bersumpah akan melancarkan balas dendam.

Kini, perwakilan permanen Iran di PBB mengatakan bahwa gencatan senjata permanen di Gaza adalah prioritas utama pemerintahnya.

BACA JUGA: Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pentolan Hamas di Ibu Kota Iran

Sebagai negara Timur Tengah yang paling lantang dalam urusan mengutuk Israel dan sekutu-sekutunya, Iran tentu saja tetap mengecam pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai pelanggaran keamanan dan kedaulatan nasional.

Namun, perwakilan Iran di PBB memastikan Teheran akan mendukung setiap kesepakatan damai yang diterima oleh Hamas.

BACA JUGA: Konon Beginilah Cara Israel Menghabisi Haniyeh HAMAS di Iran

Iran menekankan haknya untuk membela diri, tetapi juga menekankan bahwa mereka berharap tanggapannya tidak akan menghalangi upaya gencatan senjata yang sedang berlangsung.

Sikap melempem Iran ini menyusul seruan dari para pemimpin dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat agar perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas dimulai kembali.

Serangan Israel terhadap Jalur Gaza telah menewaskan hampir 39.700 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.

Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler