Mendag Buka Lebar Peluang Investasi

Kamis, 22 Maret 2012 – 09:09 WIB

JAKARTA - Indonesia masih harus menunggu Australia merealisasikan rencana investasinya di sektor peternakan. Sebab hingga sekarang Negeri Kanguru tersebut belum memberikan sinyal positif untuk menanamkan modalnya di tanah air. Padahal, upaya untuk menarik investasi sudah dilakukan sejak lama.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan berusaha meyakinkan Australia untuk berinvestasi di sektor peternakan. Apalagi selama ini Indonesia banyak mendatangkan sapi bakalan, terbesar dari Australia. Tingginya impor tersebut untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di dalam negeri yang cukup besar. Kalkulasi Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan kebutuhan daging sapi tahun ini mencapai 484 ribu ton.

"Kami memberikan penjelasan bahwa purchasing power (daya beli, Red) dalam negeri sudah meningkat. Tentu konsumsi daging tidak tetap hanya 2 kg per kapita tiap tahun. Kalau bisa ditingkatkan menjadi 20 kg per kapita tiap tahun dengan harga sebesar Rp 70 ribu per kg, maka potensi pasar untuk konsumsi 250 juta penduduk sebesar USD 35 miliar tiap tahun," ucapnya usai bertemu dengan Menteri Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Australia Joe Ludwig dan Menteri Perdagangan Australia Craig Emerson bersama 11 delegasi bisnis, Rabu (21/3).

Gita berusaha memberikan penjelasan mengenai peluang lain di sektor peternakan. Selain daging sapi, susu maupun produk olahan lain cukup potensial baik di dalam negeri maupun ekspor.

Menurut dia, itu bisa menjadi pertimbangan bagi Australia untuk segera mewujudkan rencana investasi di indonesia. Kendati belum ada langkah nyata, Gita berharap dalam waktu dekat perusahaan peternakan Australia segera masuk dan menanamkan modalnya.

Saat ini Australia tercatat di posisi ke 12 sebagai negara yang berinvestasi di Indonesia. 2011 lalu, nilai investasi mereka di Indonesia sebesar USD 89,7 juta. Menyebar di beberapa bidang, antara lain perdagangan dan reparasi, pertambangan, hotel dan restoran, industri logam dasar dan barang logam.

Selain itu, permesinan, elektronika, perumahan, kawasan industri dan perkantoran serta industri makanan. "Tahun lalu terdapat 124 proyek," ucap Gita.

Selain berupaya menarik investasi dari Australia, pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara. Target total perdagangan pada 2015 nanti menembus USD 15 miliar. Tahun lalu, total perdagangan kedua negara telah mencapai USD 10,8 miliar atau mengalami kenaikan 28,96 persen dibandingkan 2010 sebesar USD 8,3 miliar.

Kedua belah pihak juga menyepakati untuk memulai proses perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Sebagai bagian dari proses IA-CEPA , pihak Australia berperan dalam capacity building (pembangunan kapasitas). (res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Naik Harga, Kenaikan UMK jadi Sia-Sia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler