jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menceritakan soal pertemuannya dengan delegasi Uni Eropa (UE) di India.
Melalui pertemuan tersebut, Zulhas memperjuangkan kemudahan perdagangan Indonesia dengan UE.
BACA JUGA: Mendag Zulhas Bawa Misi Besar Indonesia ke Forum Business 20 India
"Saya baru pulang dari India, bertengkar. Saya bilang sama EU itu kok kita ribut terus," kata Zulhas mengawali ceritanya yang disampaikan di depan eksportir Indonesia yang hadir dalam Sosialisasi Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kamis (31/8).
Zulhas lantas membandingkan kondisi yang berbeda antara UE dengan Tiongkok atau negara lainnya di ASEAN, seperti Vietnam, dan Thailand.
BACA JUGA: Mendag Zulhas Pimpin Pertemuan AEM-Uni Eropa, Bahas Banyak Hal
"Anda (EU) sama Tiongkok enggak ribut, sama Vietnam enggak ribut, sama Thailand enggak ribut, kok sama kita (Indonesia) ribut terus," tanya Zulhas dalam pertemuan tersebut.
Padahal, kata Zulhas, tidak ada produk dagang dari EU yang dipersulit Indonesia.
"Nah, perdagangan Indonesia dan EU itu kecil, sepertiga atau seperempat Vietnam, seperempat EU dengan Thailand, seperempat EU dengan Singapura. Jadi, kita (dengan Indonesia) masih kecil," ungkap Zulhas.
BACA JUGA: Bertemu Delegasi Uni Eropa, Mendag Zulhas Protes Keras soal Isu Deforestrasi
Pria yang sekarang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun berharap dengan adanya CEPA, antara EU dan Indonesia perdagangan bisa lebih mudah.
Sebab saat ini perdagangan Indonesia dengan EU dikenakan berbagai tarif, seperti sepatu 9 persen, dan tuna 20 persen, sedangkan produk tersebut tidak dikenakan tarif alias 0 persen di Vietnam dan Thailand.
Zulhas menegaskan Kemendag bekerja keras agar hambatan-hambatan dagang bisa diselesaikan.
Hal itu seperti yang dilakukan Kemendag dengan menyelesaikan perjanjian antar-ASEAN.
Begitu juga dengan Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang juga sudah selesai.
"Sama EU sudah sembilan tahun belum kelar," beber Zulhas.
Zulhas mencontohkan permasalahan EU dengan Thailand bisa 8 tahun selesai, begitu juga dengan Vietnam.
Namun hal ini tidak berlaku untuk Indonesia, karena menurutnya kurang pintar.
"Delapan tahun yang lalu EU minta belanja ikut pemerintah, tetapi Indonesia menolak, Vietnam terima, Thailand terima. Jadi, Indonesia disalip," ujar mantan Ketua MPR RI itu.
Karena itu, Zulhas berharap perjanjian dagang dengan EU bisa dirampungkan akhir tahun agar perdagangan Indonesia bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi