jpnn.com, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo berang dengan sikap seorang wanita berinisial VKL. Pasalnya, dalam sebuah rekaman video yang kini beredar di media sosial, wanita tersebut menilai rezim Presiden Joko Widodo saat ini lebih jelek dari rezim era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Salahnya Pak Jokowi apa, kok selalu dikaitkan dengan masalah Ahok," ujar Tjahjo di Jakarta, Kamis (11/5).
BACA JUGA: Menteri Tjahjo Ancam Polisikan Orator Wanita Pendukung Ahok Sebut Rezim Jokowi Parah
Selain mengecam, Tjahjo juga memerintahkan Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Dirjen Polpum) Kemendagri Soedarmo, menelusuri kebenaran isi rekaman video berdurasi 30 detik tersebut.
"Jika benar, saya minta dibuatkan surat kepada yang bersangkutan untuk mengklarifikasi maksud pernyataannya. Apa maksudnya dengan kata-kata yang tak pantas," ucap Tjahjo.
BACA JUGA: Ucapan Berani Orator Pendukung Ahok Sebut Rezim Jokowi Lebih Parah dari SBY
Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan ini, memberi waktu seminggu bagi wanita yang diduga pendukung terdakwa Basuki Tjahaja Purnama tersebut, untuk mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka di media nasional. Jika tidak, rencananya akan dilaporkan ke kepolisian.
"Saya sebagai pembantu presiden, warga negara Indonesia, akan melaporkan ke polisi. Tujuannya sebagai pendidikan politik, tidak boleh memaki dan memfitnah presiden dan siapapun tanpa bukti yang jelas," tutur Tjahjo.
BACA JUGA: Dunia Kecam Vonis Ahok, Akbar: Tidak Usah Terganggu
Sebelumnya, beredar sebuah video orasi seorang wanita di tengah kerumunan massa, diduga massa pendukung Ahok. Dalam orasinya, wanita tersebut mengaitkan putusan hukum terhadap mantan Bupati Belitung Timur tersebut, dengan pemerintahan Jokowi saat ini.
"Hari ini (massa,red) membela Ahok. Bahwa ini ada keadilan yang diinjak-injak. Rezim Jokowi adalah rezim yang lebih parah dari rezim SBY," ucap perempuan tersebut dalam rekaman yang beredar. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akbar Tandjung: Sudahi Aksi, Nanti Bisa Menimbulkan Reaksi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang