jpnn.com, JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, mengintruksikan kepada seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kemendes PDTT untuk menggunakan pakaian batik selama satu bulan yang disebut dengan Bulan Swadesi.
Penggunaan batik selama satu bulan, kata Abdul Halim atau yang akrab disapa Gus Menteri ini, merupakan salah satu bagian dari kampanye Kemendes PDTT melalui gerakan Yang Terbaik Yang Terbatik.
BACA JUGA: Mendes PDTT Menargetkan 88 Persen BLT Terserap oleh Petani
"Gerakan ini juga merupakan bagian dari upaya kita bangga buatan indonesia. Karena, tidak ada batik produk lain selain Indonesia," kata Gus Menteri di Kantor Kemendes PDTT pada Rabu (30/9/2020).
Tidak hanya kepada seluruh pejabat dan pegawai dilingkungan Kemendes PDTT, Gus Menteri juga minta kepada seluruh pendamping desa untuk mengajak kepala desa beserta perangkat desanya serta masyarakat desa untuk menggunakan batik.
BACA JUGA: Mendes PDTT Dianugerahi Alumni Kehormatan IPDN
Lebih lanjut, Gus Menteri menyampaikan bahwa pelaksanaan penggunaan batik selama satu bulan yang seharusnya dijadwalkan pada November. Namun, mengingat hari batik nasional jatuh dibulan Oktober.
Maka, pelaksanaan penggunaan batik selama satu bulan telah diagendakan mulai 25 september lalu hingga 25 Oktober mendatang.
BACA JUGA: Uniknya Gowes Serbabatik ala Kemendes PDTT
"Yang pasti kami melakukan gerakan memakai batik mulai dari Kemendes PDTT sampai desa, sampai pendamping hingga sampai ke warga masyarakat desa se -Indonesia dan kami menekankan pada penggunaan produk indonesia. Karena tidak ada batik yang produk lain," katanya.
Agenda lain dalam kampanye itu yaitu Nge-Gowes Berbatik yang dilaksanakan setiap Hari Jumat yang dimulai 25 September hingga 30 Oktober 2020 dengan rute Kantor Kemendes di Kalibata menuju ke Kantor Muis.
Kegiatan itu menunjukkan kepada khalayak ramai jika Batik pun bisa digunakan untuk aktivitas lain seperti rekreasi ataupun aktifitas olahraga termasuk bersepeda. Peserta Gowes ini bakal kenakan batik tapi tetap mengutamakan protokol kesehatan. (ikl/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi