JAKARTA - Tingkat kelulusan siswa dari pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam dua tahun terakhir yang melewati angka 99 persen belum membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) puas. Karenanya, dia juga tak berniat menghapuskan sistem evaluasi yang masih jadi pro dan kontra itu.
Nuh beralasan, UN yang dijadikan sebagai pemetaan dan salah satu syarat kelulusan siswa ini masih tetap relevan dilaksanakan setiap tahun untuk mengukur kualitas lulusan. "Simpel saja, kalau tidak kita ukur bagaimana tahunya di atas 99 persen? Karena itu diukur setiap tahun," katanya menjawab wartawan tentang kelanjutan UN pada tahun depan.
Diakuinya, kecara umum kelulusan siswa tahun lalu dengan tahun ini mengalami penurunan tipis, yakni 1,ee poin. Hal itu kemungkinan disebabkan pengaruh dari derajat kesulitan soal yang memiliki 20 variasi.
Nah, ke depan Kemdikbud bersama Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) akan mengkaji bentuk pelaksanaan UN selanjutnya. Termasuk. mempertimbangkan batas nilai minimal UN dari 5,5 menjadi 6. "Ada dua pendekatan, derajat kesulitan soal tetap, passing grade naik jadi 6. Atau tetap 5.5, tapi derajat kesulitan dinaikkan," ujarnya.
Dia juga menambahkan, alasan lainnya UN perlu dilakukan setiap tahun karena dinamika yang terjadi di lapangan. Apalagi, tidak ada jaminan siswa tahun depan memiliki kemampuan yang lebih dibanding tahun ini.
"Jangan lupa, muridnya itu ganti. Kalau kita ukur sekarang itu murid sekarang. Tahun depan murid ganti. Siapa yang bisa jamin setiap sekolah, atau kabupaten kota tahun depan sama dengan sekarang?," tandasnya.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata, Kota Pelajar Biasa-biasa Saja
Redaktur : Tim Redaksi