jpnn.com, JAKARTA - Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, penanaman nilai Pancasila sebagai wahana pembangunan watak atau karakter bangsa adalah penting. Seluruh satuan pendidikan mempunyai tanggung jawab moral dalam penanaman nilai Pancasila sedini mungkin.
"Mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) belum memiliki dampak besar terhadap pembentukan karakter siswa. Hal ini disebabkan belum adanya implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila secara konkret di sekolah, melainkan hanya sebatas pengetahuan," terang Menteri Muhadjir, Minggu (15/9).
BACA JUGA: Lawan Mantan Klub, Kurniawan Karman Sesumbar Perseru BLFC Bisa Kalahkan PSM
Dia menambahkan, dibutuhkan mata pelajaran yang memiliki posisi sebagai pemandu terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang ada di satuan pendidikan, termasuk pembelajaran yang ada di masyarakat maupun keluarga.
Strategi pengajaran Pancasila, akan diarahkan untuk lebih banyak memberikan contoh mengenai penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: Gowes Nusantara 2019 di Kendari Tumbuhkan Ekonomi Kreatif
“Kemendikbud telah melatih sebanyak 1.028 guru pendidikan dasar dari 514 kabupaten/kota di Indonesia. Saya harap guru-guru itu bisa, metode pengajarannya dari sebelumnya berorientasi pada pengetahuan pada jenjang pendidikan dasar menjadi penerapan nilai Pancasila,” ujar Menteri Muhadjir.
Kemendikbud, lanjutnya, akan melakukan pengkajian mendalam mengenai kemungkinan terjadinya pemisahan mata pelajaran Pancasila dengan Kewarganegaraan. Judul mata pelajaran sekarang itu PPKn dan ada di dalam Peraturan Pemerintah.
BACA JUGA: Pamit Berangkat Mengaji, Nur Ajizah Tak Kunjung Pulang ke Rumah
"Setelah kami evaluasi ketika materi Pancasila itu dijadikan satu dengan Kewarganegaraan maka kemudian pembobotan Pancasila itu lebih kepada pengetahuan. Padahal maksud dari mata pelajaran atau tema Pancasila bukan pengetahuan melainkan penanaman nilai. Ini sedang kita kaji lebih dalam lagi,” terangnya.
Pada kesempatan ini, dia juga menitipkan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan memerhatikan penggunaan alat komunikasi untuk mengakses dunia maya. Guru juga harus berperan sebagai penjaga gawang, sebagai penyaring informasi mana yang harus dia pakai dan dijauhi.
"Intinya di era digital ini, guru dituntut untuk terampil menggunakan teknologi informasi sebagai wahana pembelajaran, tetapi juga harus pandai betul memilih dan memilah konten-konten yang ada di dalam berbagai macam sumber informasi terutama yang berasal dari dunia maya,” pesannya.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Supriano, menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan 1.200 guru yang sudah diberikan Training of Trainers (ToT) yang diintegrasikan dengan kebijakan Kemendikbud di mana pelatihan ini akan berbasis zona.
“Nanti ini akan dimasukkan ke dalam penguatan kompetensi pembelajaran di semua bidang termasuk di sana ada Pancasila. Ke depannya akan kami atur bahwa semua mata pelajaran harus ada muatan Pancasila. Mulai dari yang sederhana saja dulu, misalnya gotong royong. Jadi langsung dipraktikkan bukan hanya pengetahuan,” jelas Supriano. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad