Mendikbud: Kombinasi Pembelajaran Tatap Muka dan Daring Majukan Pendidikan Nasional

Selasa, 05 Mei 2020 – 14:13 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. Ilustrasi Foto: Humas Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Masa pandemi Covid-19 yang entah kapan berakhir akan menimbulkan banyak perubahan kehidupan di dunia. Salah satunya adalah makin akrabnya manusia dengan teknologi di semua lini.

"Usai pandemi Covid-19, akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan di dunia. Akan terjadi normalitas baru," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam wawancara telekonferensi dengan Najwa Shihab pada program Belajar dari Covid-19 yang disiarkan di TVRI dan YouTube Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (2/5).

BACA JUGA: Mendikbud Nadiem Makarim Minta Guru Dekatkan Siswa dengan Sains

Dalam skala mikro, Nadiem mengungkapkan, nilai sebuah keluarga akan semakin meningkat. Selain itu, hal yang menjadi normalitas baru adalah kemampuan untuk bisa beroperasi dari manapun.

"Potensi kita untuk bekerja dan menjadi efektif dari manapun itu menjadi suatu pembelajaran yang sangat baru buat kita," ujar Nadiem.

BACA JUGA: Bantu Pekerja Seni di Masa Pandemi, Kemendikbud Siapkan Pertunjukan Daring

Mendikbud menilai usai pandemi akan terjadi perubahan besar pada dua sektor sosial, yaitu pendidikan dan kesehatan. Peranan teknologi akan segera mendominasi kedua sektor tersebut.

Walaupun masih tidak ideal dan belum optimal, menurut Mendikbud kombinasi pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh memiliki potensi yang luar biasa untuk memajukan pendidikan nasional.

BACA JUGA: Pesan Menyentuh Mendikbud Nadiem di Peringatan Hardiknas

Harapannya, dengan menggunakan teknologi dan menerapkan digitalisasi dalam pendidikan nasional akan dapat menciptakan perubahan yang berdampak dan tidak dapat diputar balik.

Namun, Mendikbud mengatakan, teknologi secanggih apapun, inovasi sebesar apapun, tidak akan pernah menggantikan peran guru sebagai pendidik. Kini guru dan orang tua dituntut supaya membiasakan diri dengan teknologi untuk mencari informasi dan berkomunikasi, ketika siswa harus melakukan belajar dari rumah.

"Konsepnya bukan untuk menggantikan guru, tetapi teknologi itu untuk memperkuat potensi guru," ujar Nadiem.

Pada akhirnya, menurut Mendikbud, yang benar-benar melakukan perubahan di lapangan adalah hati nurani seorang penggerak.

“Guru yang datang ke pintu-pintu setiap muridnya itu menunjukkan bahwa di ujungnya itu sebenarnya guru dan tentunya orang tua yang akan membuat perubahan tersebut dan itu merupakan suatu hal yang sangat menginspirasi. Itu namanya guru penggerak. Mereka itu tanpa disuruh sudah bergerak duluan dan harus kita beri mereka bantuan,” tuturnya.

Sementara Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Hamid Muhammad mengatakan, perpaduan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan budi pekerti diyakini mampu menjadi fondasi dalam mencetak SDM unggul Indonesia.

“Pendidikan life skill di antaranya membantu orang tua membersihkan rumah, memasak, dan berkebun. Sementara itu, penjelasan tentang Covid-19, bagaimana karakteristiknya, pola penyebarannya, dan bagaimana cara menghindarinya adalah contoh pendidikan kontekstual,” Hamid menjabarkan.

Kemendikbud saat ini fokus untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah dan bukan menambah beban psikologis anak. Menurutnya, komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan orang tua adalah kunci keberhasilan mendidik anak.

Oleh karena itu Hamid mengimbau kepada guru, orang tua, kepala sekolah, dan pegiat pendidikan untuk tetap optimistis memberikan layanan pendidikan yang terbaik. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler