Mendikbud: Kurikulum Itu Sesungguhnya adalah Guru

Senin, 07 Agustus 2017 – 20:01 WIB
Mendikbud Muhadjir Effendy. Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan ada empat prinsip Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Bila empat prinsip ini bisa dilakukan, dia optimistis tidak ada lagi golongan masyarakat yang protes PPK.

BACA JUGA: Menteri Muhadjir Ajak Pelajar Hindari Penyebaran Hoaks

Muhadjir menyebutkan prinsip pertamanya adalah manajemen pendidikan berbasis sekolah. Di sini, sekolah bertanggung jawab mengelola kegiatan belajar siswa, baik di sekolah, tengah masyarakat, juga dalam keluarga.

Konsep belajar anak harus diubah, siswa tidak lagi hanya belajar di kelas atau di sekolah, tapi juga di luar sekolah.

BACA JUGA: Mendikbud Bantah Bakal Ganti Kurikulum

“Sekolah wajib bertanggung jawab atas apa saja yang dipelajari siswanya. Tri pusat pendidikan itu (keluarga, masyarakat dan sekolah) tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Harus saling terkait dan bersinergi,” kata Menteri Muhadjir di Jakarta, Senin (7/8).

Kedua, dalam penguatan pendidikan karakter, sistem pembelajaran di sekolah perlu mengembangkan metode-metode yang merangsang cara belajar siswa aktif. Prinsip ketiga menurut Muhadjir adalah kurikulum berbasis luas (broadbased curriculum) sehingga sumber belajar tidak terbatas hanya pada sekolah, buku ataupun guru.

BACA JUGA: Sudah Raih Dua Kemenangan, Indonesia Tetap Optimistis di Babak Lanjutan WSDC 2017

Di sekitar sekolah terdapat berbagai sumber-sumber belajar yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

“Jadi kurikulum itu sesungguhnya adalah guru. Apa yang ada di pikiran dan di hati guru itulah yang kemudian dikelola bersama-sama dengan siswa, itulah kurikulum,” tutur guru besar Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Ke depan, penilaian tidak hanya berupa angka-angka dari intrakurikuler (mata pelajaran wajib) saja, tapi juga memiliki catatan perkembangan kepribadian. Dia berharap agar setiap siswa setelah lulus pendidikan menengah juga memiliki semacam portofolio yang dihimpun dari rekaman kepribadian itu.

"Contohnya jika anak di madrasah diniyah telah berhasil menyelesaikan juz amma, pencapaian itu haruslah dicatat oleh guru dalam rekam kepribadiannya," ujarnya.

Prinsip keempat yang dikedepankan dalam penerapan PPK menurut Menteri Muhadjir adalah individualisasi setiap peserta didik. Guru perlu membantu setiap anak untuk mengaktualkan potensi diri yang dimilikinya.

“Setiap anak itu punya keistimewaan masing-masing, setiap anak itu memiliki keunggulannya masing-masing, dan unik,” ucapnya.

Terkait penerapan penguatan pendidikan karakter di sekolah, Mendikbud mengingatkan bahwa PPK tidak mengubah struktur kurikulum yang ada ataupun menambah waktu belajar siswa di sekolah.

“Kalau K13 dilaksanakan lima hari seperti di DKI ini, anak-anak SD jam 12.10 sudah selesai, untuk SMP 13.20, setelah itu bisa pulang. Setelah itu bisa beraktivitas ekstrakurikuler untuk penguatan karakter, bisa di dalam sekolah, bisa di luar sekolah. Jadi bisa juga belajar di madrasah diniyah sepulang sekolah,” tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rayakan 50 Tahun ASEAN, Kemendikbud Gelar Festival Budaya Panji


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler