jpnn.com, WAMENA - Mendikbud Muhadjir Effendy berjanji segera merehabilitasi sekolah rusak pascakerusuhan di Papua. Hal tersebut disampaikan saat Muhadjir meninjau beberapa sekolah terdampak kerusuhan. Di antaranya TK Mutiara Hati, SMP YPPK St. Thomas, SMPN 1 Wamena, dan SMAN 1 Wamena.
Dari empat sekolah tersebut, SMP YPPK St. Thomas merupakan sekolah terparah kerusakannya. Salah satu bangunannya yakni ruangan kepala sekolah habis dibakar massa saat terjadinya kerusuhan.
BACA JUGA: Kenangan Menteri Muhadjir Effendy tentang Sosok Habibie
"Beberapa fasilitas yang mengalami kerusakan parah akan segera kami tangani. Kalau kerusakannya ringan saya kira bisa ditangani Pemkab Jayawijaya," ujar Muhadjir usai meninjau SMP YPPK St. Thomas, Wamena, Papua, Rabu (17/10).
Setelah meninjau SMP YPKK St. Thomas, Muhadjir melanjutkan kunjungannya ke SMP Negeri 1 Wamena yang juga turut dirusak oleh sekelompok massa. Berbeda dengan sekolah sebelumnya, di SMPN 1 Wamena aktivitas belajar mengajar sudah berjalan meski belum semua siswa dan guru yang hadir.
BACA JUGA: Mendikbud: Yang Provokasi Siswa Demo, Saya Tuntut!
Di sekolah tersebut, Muhadjir mengatakan akan merehabilitasi bangunan sekolah dengan menggunakan alokasi anggaran tahun 2020.
"Sebagai bentuk apresiasi saya kepada SMPN 1 Wamena, sekolah negeri tertua di kota Wamena dan telah meluluskan belasan ribu siswa, saya akan rehab bangunan sekolah ini. Akan kami anggarkan tahun depan," ujarnya seraya diikuti tepuk tangan.
Kepala Sekolah SMPN 1 Wamena Yemima Kopeuw menjelaskan, kegiatan belajar mengajar di sekolahnya sudah kembali normal sejak 7 Oktober 2019. Namun, dari total 1.097 murid, hingga saat ini baru 241 siswa yang kembali ke sekolah.
"Aktivitas sekolah mulai 7 oktober, kegiatan belum full belajar mengajar, masih diselingi dengan permainan. Total guru 54, yang masuk baru 24 orang, yang tidak hadir masih menenangkan diri di luar Wamena," katanya.
Sebelum tiba di Bandara Baliem Wamena menutup kunjungannya di Papua, Mendikbud menjenguk Frans Situbani, siswa SMP Negeri 1 Wamena di RSUD Wamena. Frans mengalami luka bakar saat kerusuhan terjadi di Wamena.
Frans mengaku, saat itu dirinya sedang berada di dekat sekolah dan diajak oleh dua orang tak dikenal untuk ikut demo, tetapi dirinya menolak.
"Saya di dekat sekolah, ada dua orang menggunakan penutup kepala ajak saya demo. Terus saya bilang saya enggak mau takut, saya pulang," ungkapnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad