Mendongkrak Popularitas Ujung Timur Pulau Jawa Lewat Festival Jazz

Selasa, 02 Agustus 2016 – 12:32 WIB
Bupati Banyuwangi Azwar Anas. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - BANYUWANGi – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas semakin pintar mengangkat popularitas pariwisata di daerahnya. Pada Sabtu akhir pekan lalu (30/7), Banyuwangi menggelar Ijen Summer Jazz.

Namun, masih ada festival jazz lain di kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu. Pada 13 Agustus nanti juga akan ada Banyuwangi Beach Jazz Festival.

BACA JUGA: Shooting Winter in Tokyo, Morgan Oey Sempatkan Plesiran

Khusus even Ijen Summer Jazz 2016 telah sukses membalut keintiman panorama dan keindahan Gunung Ijen bersama artis top seperti Syaharani & Queenfireworks (ESQI:EF) serta Nita Aartsen. Banyuwangi Ijen Summer Jazz 2016 digelar di Jiwa Jawa Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

Total kapasitas venue memang hanya 300 tempat duduk. Namun, justru di situlah pengunjung diajak merasakan sajian hiburan musik jazz dan budaya dengan cara tak biasa.

BACA JUGA: Terisak, Sang Bunda Cerita tentang Oleh-oleh dari Mike Mohede

Kemasan acaranya pun sangat mumpuni. Tak ada lagi jarak yang memisahkan penonton dan artis yang tampil.

Rajutan keintiman dengan alam juga sangat terasa. Ada latar pemandangan gunung api Ijen yang menawan. Semuanya  berpadu cantik dengan empat gunung sekaligus, yakni Merapi, Raung, Ranti, dan Suket. Benar-benar wow. Inilah even pemanasan sebelum Banyuwangi Beach Jazz Festival, 13 Agustus 2016.

BACA JUGA: Cerita SBY saat Melayat, Itukah Firasat?

“Alhamdulillah acaranya sukses. Kegiatan ini murni dari swasta yang mensupport dan dimasukkan dalam Banyuwangi Festival. Konsep privat Jazz yang ditonton 300 orang dengan keindahan lereng Gunung Ijen ternyata banyak disuka penikmat jazz. Ini ajang pemanasan sebelum Banyuwangi Beach Jazz Festival 2016,” kata MY Bramuda, Kadispar Banyuwangi, Minggu (31/7).

Bisa jadi, inilah even pembuka kesuksesan pariwisata Banyuwangi. Popularitasnya mendunia. Benchmark-nya sudah banyak.

Amerika Serikat misalnya. Pada 1969 ada festival musik Woodstock pertama yang digelar di sebuah desa bernama White Lake di sebuah kota kecil bernama Bethel. Festival bertema ”3 Days of Peace & Music” itu dihadiri kurang lebih 500.000 pengunjung yang menyerukan perdamaian dan menentang perang Vietnam.

Saat festival itu usai, Desa White Lake mendadak menjadi destinasi wisata unggulan baru. Utamanya bagi penggemar musik. Padahal, sebelum Woodstock digelar, nyaris tak ada yang peduli dengan desa yang terletak hanya beberapa puluh kilometer dari New York itu.

Festival Rio Carnival juga menjadi salah satu bukti lainnya. Karnaval yang diadakan di sepanjang jalan Kota Rio de Janeiro, Brazil ini bisa menyedot hingga 900.000 turis dalam tiap penyelenggaraannya.

Dalam dokumen Plano de Turismo da Cidade do Rio de Janeiro (Perencanaan Pariwisata Kota Rio de Janeiro, red) disebutkan, ada peningkatan kegiatan ekonomi yang signifikan saat festival diadakan. Hunian hotel meningkat hingga 90 persen dan festival ini memberikan 250.000 lapangan pekerjaan tambahan.

Pada 2012, Festival Rio menyumbangkan pendapatan sebesar USD 628 juta pada ekonomi Brazil, atau meningkat 12 persen dari tahun sebelumnya. Karnaval terbesar di dunia ini juga menciptakan image bagus bagi Rio de Janeiro yang sebelumnya terkenal sebagai kota dengan tingkat kriminalitas tinggi.

Indonesia sendiri punya beberapa contoh menarik tentang bagaimana sebuah pariwisata event bisa sangat berhasil dalam menarik pengunjung. Salah satunya adalah Festival Java Jazz yang kini telah menjadi ikon baru dunia pariwisata even di Indonesia.

Pada 2010, festival ini mendapat rekor dunia sebagai festival jazz terbesar yang pernah diadakan. Pasalnya, festival itu diisi oleh sekitar 1.300 musisi dengan 21 panggung dalam satu kawasan.

Image baru pun terbangun. Jakarta mulai dikenal sebagai kota penyelenggara festival jazz terbesar di dunia. Keberhasilan inilah yang ingin ditiru Banyuwangi.

“Tahun ini ada 53 event yang menyemarakkan Banyuwangi Festival. Khusus musik jazz, kami punya Ijen Summer Jazz 2016, Student Jazz dan Banyuwangi Beach Jazz Festival,” tambah Bramuda.

Belajar dari pengalaman even tahun sebelumnya, Banyuwangi kini melakukan persiapan jauh lebih matang. Mulai dari teknis even, infrastruktur penunjang wisata, sampai saluran pemasaran dipersiapkan secara matang. “Melalui Banyuwangi Festival, kami ingin membuat hari biasa menjadi hari yang luar biasa bagi semua orang yang terlibat di dalamnya,” tutur Bram.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang asli Banyuwangi pun cukup bangga dan mengaprsiasi langkah Bupati Azwar Anas. Bupati muda yang sudah dua periode menjabat itu sukses menjadikan kota di ujung timur Pulau Jawa tersebut  membangun atmosfer pariwisatanya.

“Saya selalu bilang di mana-mana, sukses tidaknya daerah membangun Pariwisata itu tergantung pada komitmen CEO-nya. Begitu dia commited, maka semuanya bisa dilakukan dengan kekuatan dan kemampuannya,” kata Arief.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lho...Intonasi Morgan Oey Seperti Orang Sedang Marah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler