jpnn.com, JAKARTA - Kekalahan kubu Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam kontestasi Pilkada DKI 2017 diduga disebabkan beberapa faktor. Antara lain tim pemenangan duet yang beken dengan sebutan Ahok-Djarot itu kurang militan.
Menurut Wakil Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Girindra Sandino, Tim Pemenangan Ahok-Djarot kurang solid. Kondisi berbeda justru ditunjukkan kubu Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
BACA JUGA: Usai Jumatan di Bukit Duri, Anies Ajak Warga Kompak Lagi
"Jadi kubu Anies-Sandi lebih berhasil merebut hati pemilih warga DKI Jakarta. Sementara kubu Ahok-Djarot terkesan mudah terlena,” ujarnya di Jakarta, Jumat (21/4).
Girindra menambahkan, Tim Pemenangan Ahok-Djarot terlena karena terlalu percaya diri. “Padahal hasil sejumlah survei menempatkan ektabilitas kedua pasangan calon bersaing ketat," ulasnya.
BACA JUGA: Anies Akui Naik Helikopter demi Bertemu Ahok, Tapi...
Karenanya Girindra menyarankan partai politik pendukung Ahok-Djarot untuk introspeksi. Terutama jika nanti mengusung Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Selain itu, Girindra menduga kekalahan Ahok-Djarot juga disebabkan kuatnya strategi pendukung Anies-Sandi menggerakkan masyarakat. Terutama untuk membentengi diri di beberapa wilayah rawan sebar sembako dan politik uang.
BACA JUGA: Lippo Merasa Disasar Empat Hoaks soal Pilkada DKI
"Walau strategi ini terkesan intimidatif, namun dapat dipahami karena krisis kepercayaan mereka terhadap penyelenggara. Khususnya pengawas yang kurang memiliki daya jangkau yang luas dan pasukan yang tidak banyak," tutur Girindra.
Selain membentengi masyarakat, program rumah dengan uang muka nol rupiah yang digagas Anies-Sandi juga terkesan cukup memikat mayoritas warga Jakarta. "Ini karena di mata awam, siapa yang memilih Anis-Sandi, berharap tinggi sekali untuk mendapatkan sebuah rumah di DKI Jakarta," pungkas Girindra.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Tunggu Anies Tepati Janji Menutup Alexis
Redaktur : Tim Redaksi