jpnn.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah meninjau lokasi penampungan korban banjir Jabodetabek.
Menurut Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat Susianah Affandy dari hasil pengawasan, terdapat peningkatan layanan penampungan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA: 409 Ribu Jiwa Menderita Akibat Terdampak Banjir Jabodetabek
Layanan penampungan yang terletak di gedung atau fasilitas umum memberikan kenyamanan dibandingkan dengan penampungan yang terbuat dari tenda-tenda ala kadarnya. N
amun, ruang privasi seperti pojok ASI untuk Ibu menyusui harus dibuat meski bentuknya sederhana dan portable seperti ruang ganti baju di toko swalayan.
BACA JUGA: Tawa Ceria Rombongan Petani Ini Berubah jadi Banjir Air Mata
"KPAI menemukan banyak ibu-Ibu yang memiliki balita mengkonsumsi ASI kesulitan memberikan air susunya di tengah banyak orang yang berbaur laki-laki dan perempuan dewasa," kata Susianah di Jakarta, Jumat (3/1).
Selain pojok ASI, lanjutnya, ruang privasi seperti toilet untuk kegiatan MCK harus bersih dan terpisah antara laki-laki maupun perempuan.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Banjir Jakarta, Anies Baswedan Disindir, Ahok Dirindukan, FPI Dipuji
Anak dan remaja perempuan, apa lagi yang sedang fase menstruasi harus mendapat fasilitas toilet serta ketersediaan air bersih. Toilet tersebut harus terjamin keamanannya.
"Saat melakukan pengawasan di tempat pengungsian, kami menerima pengaduan masyarakat terkait sulitnya air di toilet yang tersedia di ruang penampungan," terang Susianah.
KPAI menerima pengaduan dari masyarakat terkait distribusi bantuan sosial untuk anak-anak korban banjir yang disinyalir tidak merata.
Bantuan yang datang dari elemen masyarakat yang terdata di posko-posko atau tempat penampungan sebagian besar pembagiannya dilakukan secara simbolis kepada salah satu pengungsi dengan diambil foto dokumentasi.
Selanjutnya, masyarakat yang menjadi korban banjir mengaku tidak segera menerima bantuan berupa alat-alat yang baru.
Mereka hanya menerima barang bekas pakai seperti pakaian bekas. Sedangkan bantuan barang baru beli dimasukkan ke gudang.
"Masyarakat korban banjir juga mengadu cara pembagian barang-barang bekas pakai dengan cara dilempar merupakan cara yang menyinggung kemanusiaan. Bantuan barang baru kepada anak-anak seperti selimut, kasur, bantal dan sebagainya," bebernya.
KPAI juga menerima pengaduan masalah penerangan listrik, seperti di perumahan Villa Nusa Indah Bojongkulur Gunungputri Bogor yang gelap gulita.
Kondisi tersebut menyebabkan anak-anak terganggu proses belajarnya. Bagi keluarga sendiri merasa khawatir dengan keamanan barang-barang jika meninggalkan rumah untuk mengungsi. Tidak adanya akses penerangan juga dialami tempat lainnya.
Kondisi mati listrik menyebabkan kampung Pulo RT 11/03 Kampung Melayu Jatinegara Jakarta Timur gelap gulita. Ikhtiar menggunakan lilin sebagai penerang berdampak pada kebakaran yang menewaskan 2 warga. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia