jpnn.com, JAKARTA - Metode Mini In Vitro Fertilization (IVF) atau Mild Stimulation yang dikembangkan Kato Ojin Fertility Center untuk meningkatkan angka keberhasilan program kehamilan kini ada di Indonesia.
CEO Kato Ojin Fertility Center, Rina Laurentie Sindunata menjelaskan perbedaan Kato Ojin Fertility Center berbeda dengan Klinik Fertilitas lain adalah penggunaan metode mini IVF.
BACA JUGA: NIPPON PAINT Hadirkan Inspirasi Tren Warna & Desain 2024
Metode ini menggunakan Natural Cycle Treatment, sehingga aman untuk para wanita yang sedang atau akan mengikuti program hamil.
Selain itu, dosis obat yang diberikan kepada pasien juga sangat minim dan less Injection.
BACA JUGA: Lewat Green Youth Movement, Perhutani Dukung Lahirnya Generasi Hijau Cinta Lingkungan
"Medical supplies yang kami gunakan sebagian besar dari Jepang sehingga kualitas dan tingkat akurasi hasil dari laboratorium mulai tahap awal sampai dengan proses selesai itu sangat tinggi," tutur Rina di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Rina mengatakan Kato Ojin Fertility Center akan berkomitmen membantu para pasutri di Indonesia yang belum dikaruniai momongan.
BACA JUGA: SIG Raih Peringkat Emas di Ajang SNI Award 2023
Memberikan service quality yang terbaik kepada para pejuang garis dua dengan mendatangkan para dokter Obgyn yang berkualitas dan bersertifikasi dari Kato Ladies Clinic (KLC) Jepang.
Menggunakan peralatan canggih dan akurat untuk Laboratorium IVF yang memiliki standar Internasional.
Mini In Vitro Fertilization (IVF) ini memiliki beberapa unggulan dibandingkan metode sebelumnya, di antaranya:
1. Tingkat keberhasilan kehamilan dengan metode Mild Stimulation mencapai angka 60-70 persen.
Angka keberhasilan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rerata keberhasilan IVF di Indonesia yang berkisar 30-40 persen.
2. Metode ini mampu memaksimalkan kualitas sel telur dan embrio. Aspek yang dilihat pun bukan hanya jumlah, tetapi juga dari kualitas.
3. Penggunaan obat minimal selama stimulasi ovarium dan pengambilan sel telur.
4. Mengurangi risiko kesehatan dan ketidaknyamanan yang disebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium.
5. Waktu tunggu antarsiklus lebih singkat dan biaya yang lebih ringan. (mcr31/jpnn)
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah