Mengenal Trigeminal Neuralgia, Nyeri Berbahaya di Wajah

Senin, 07 Oktober 2024 – 17:17 WIB
Penanganan trigeminal neuralgia di RS Pusat Otak Nasional. Foto: Tim dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, SubSp. N-Func (K) 

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah penderita trigeminal neuralgia diperkirakan bakal meningkat dari tahun ke tahun.

Kondisi tersebut lebih sering dialami oleh wanita dan orang yang berusia lebih dari 40 tahun.

BACA JUGA: 3 Bahan Alami yang Ampuh Obati Sakit Gigi

Trigeminal neuralgia yakni kondisi yang menyebabkan nyeri hebat pada satu sisi wajah, rasanya bisa mirip dengan sengatan listrik, tersayat-sayat ataupun panas terbakar.

Dalam rangka memperingati Trigeminal Neuralgia Awareness Day, dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, SubSp. N-Func (K) dari RS Pusat Otak Nasional memberikan edukasi terkait penyakit tersebut.

BACA JUGA: 3 Makanan yang Berbahaya untuk Otak

Dokter Mustaqim Prasetya menjelaskan orang dengan trigeminal neuralgia awalnya biasanya mengalami episode nyeri yang singkat dan ringan.

"Namun, kondisi ini bisa memburuk dan menyebabkan serangan nyeri hebat yang lebih sering terjadi serta waktu menetapnya nyeri lebih lama," kata Dokter Mustaqim Prasetya saat ditemui di RS Pusat Otak Nasional, Jakarta belum lama ini.

BACA JUGA: 7 Minuman yang Bikin Tulang Makin Kuat dan Tidak Mudah Keropos

Pria yang akrab disapa Dokter Tyo itu menjelaskan, nyeri yang dirasakan penderita trigeminal neuralgia bisa berlansung lama dan dianggap paling kronis dibanding penyakit lainnya.

Menurutnya, kondisi itu sangat memengaruhi saraf trigeminal yang membawa sinyal dari wajah ke otak.

Kegiatan sehari-hari seperti berbicara, makan, minum, menggosok gigi, bahkan sentuhan ringan, seperti terkena angin sepoi-sepoi, cuci muka atau memakai riasan dapat memicu munculnya nyeri hebat.

“Nyeri ini sangat intens sehingga saat pasien diminta mengukur dengan skala nyeri 1 hingga 10, trigeminal neuralgia mencapai skala 11 bahkan lebih," beber Dokter Tyo.

"Nyeri datang tiba-tiba dan menyambar seperti kilat, seolah-olah ada sambaran listrik di wajah," imbuhnya.

Dokter Tyo menerangkan bahwa trigeminal neuralgia sering kali tidak langsung terdeteksi.

Kondisi itu kerap dikaitkan dengan masalah saraf gigi, sehingga pasien biasanya sudah menggunakan obat pereda nyeri dalam jangka panjang.

Saking hebatnya rasa nyeri yang ditimbulkan, penyakit itu dapat memicu rasa frustasi pasien hingga bunuh diri.

"Tak jarang pasien merasa depresi dan putus asa hingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya, karena itulah penyakit ini diberi julukan ‘suicide disease," tutur Dokter Tyo. (mcr31/jpnn)


Redaktur : Dedi Yondra
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler