jpnn.com - Di akhir perjalanannya di dunia hiburan, Jerry Lewis mungkin dikenang sebagai Jerry’s Kids. Anak-anak yang menderita muscular dystrophy, sebuah kelainan otot yang menggerogoti sistem tubuh.
Namun, di luar aktivitasnya sebagai aktivis penyakit tersebut, dia adalah aktor dan komedian hebat yang melahirkan film-film keren. Misalnya, Cinderfella (1960) dan The Nutty Professor (1963).
BACA JUGA: Hollywood Berduka, Komedian Legendaris Jerry Lewis Wafat
Perjalanan Lewis berakhir Minggu pagi (20/8) akibat penyakit degeneratif. ’’Dunia kehilangan salah satu manusia paling signifikan dan berpengaruh di abad ke-20,’’ ucap manajer Lewis, Mark Rozzano.
Sejak enam tahun terakhir, kondisi pria yang mengabdikan diri sebagai aktivis muscular dystrophy tersebut terus menurun.
’’Dunia jadi lebih tidak lucu mulai hari ini,’’ tulis aktor Star Trek William Shatner di Twitter, mengomentari kepergian Lewis.
Jim Carrey, yang menyebut gaya komikalnya terinspirasi Lewis, sangat sedih. ’’Si bodoh itu sangat pintar. Jerry Lewis, tak disangkal lagi, adalah komedian paling jenius. Aku jadi seperti sekarang berkat dia,’’ tutur aktor Liar Liar itu.
Lewis dikenal pekerja keras. Hingga dekade terakhir hidupnya, dia masih giat membuat film dan membawakan acara. Padahal, dia sudah sakit-sakitan. Pada Juni 2012, komedian yang dikenal temperamental tersebut kehilangan kesadaran. Dia kolaps karena penurunan kadar gula darah ketika sedang mengisi acara penggalangan dana di New York.
Dua bulan lalu, Lewis juga sempat dirawat di rumah sakit karena infeksi saluran kencing. Saat itu publisis Candi Cazau memaparkan, Lewis butuh istirahat sebelum menjalani syuting. ’’Kami yakin Lewis akan pulih total dan siap kembali ke jadwalnya,’’ ungkapnya sebagaimana dikutip USA Today.
Takdir berkata lain. Meski pulih dan sempat menjalani syuting untuk sebuah film di Toronto bulan lalu, kondisi Lewis kembali drop, sebelum akhirnya tutup usia pada Minggu. Kepergian duet aktor Dean Martin itu disambut duka oleh fans dan selebriti.
Nancy Sinatra, anak Frank Sinatra yang merupakan teman baik Lewis, juga mengungkapkan duka mendalam. ’’Dear Jerry. Ayah bakal gembira bertemu denganmu, sebagaimana aku sedih melihatmu pergi. Sampaikan pelukku buatnya,’’ tulisnya di Twitter.
Muscular Dystrophy Association (MDA) tak ketinggalan merilis pernyataan di laman situs resmi mereka. Chairman of the Board MDA R. Rodney Howell MD menjelaskan, sumbangsih Lewis buat MDA sangat besar.
Lewis tergabung dalam MDA sejak 1952. Selama 1966–2010, Lewis juga membawakan telethon untuk muscular dystrophy di akhir pekan perayaan Hari Buruh. Lewat acara bertajuk The Jerry Lewis MDA Labor Day Telethon itu, MDA sukses mengumpulkan dana USD 2,6 miliar (sekitar Rp 34,7 triliun).
’’Aku nggak kenal siapa pun di dunia yang telah melakukan apa pun senilai USD 2 miliar,’’ kata Lewis kepada USA Today tahun lalu.
Howell membenarkan hal itu. ’’Dia berdiri di tengah banyaknya selebriti untuk memastikan dunia tahu tentang muscular dystrophy. Kegigihan dan komitmen Lewis untuk menemukan penyembuh penyakit itu menyentuh jutaan jiwa dan keluarga,’’ papar Howell.
Lewis bukan cuma seorang aktor biasa. Perjalanan karir pria kelahiran Newark, New Jersey, 16 Maret 1926, tersebut terbilang berliku. Sejak balita, dia tampil bersama ayah dan ibunya di vaudeville, pertunjukan yang terdiri atas beragam aksi yang populer pada 1930-an.
Dia lebih memilih menggunakan nama panggung Jerry Lewis ketimbang Joseph Levitch yang dinilai kurang catchy. Nama Lewis makin melambung pada era Perang Dunia II. Apalagi ketika dia tampil berdua dengan Dean Martin. Keduanya sering mengisi acara di kelab-kelab ternama di AS.
Namun, duet Lewis-Martin tidak bertahan lama. Pada 25 Juli 1956, keduanya berpisah. Dia mencoba peruntungan sebagai penyanyi serta sineas.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada 2002, Lewis mengatakan kunci suksesnya adalah selalu menemukan sisi anak-anak pada dirinya. ’’Aku meraih keberhasilan di dunia hiburan karena berperan sebagai idiot,’’ ucapnya.
’’Aku melihat dunia dari sudut pandang anak usia 9 tahun. Karena itulah aku. Aku akan tetap seperti itu. Seluruh karirku terbangun dari situ,’’ tandas bapak tujuh anak dari dua perkawinan tersebut.
Karya terbaiknya mungkin The Nutty Professor, film yang dia tulis, dia sutradarai, dan dia mainkan sendiri. Dia memerankan Profesor Julius Kelp, ilmuwan canggung dengan penampilan unik—mata juling, gigi depan bercelah, dan superceroboh—yang bisa berubah menjadi Buddy Love, cowok keren pintar ngomong, berkat eksperimen kimia ajaib.
Film ini menuai pujian luas hingga di-remake oleh Eddie Murphy pada 1996. Dia juga masuk dalam jajaran film komedi terbaik 100 Years.... 100 Laugh versi American Film Institute. Bagi sebagian orang, film itu juga merefleksikan hubungan Lewis dengan Martin yang naik turun.
Namun, Lewis sendiri menganggap karakter itu (terutama Buddy), sebagai cerminan ketakutannya sendiri. Yakni ayah yang jauh dari anak-anaknya. (fam/c7/na)
Perjalanan Jerry Lewis
1931
Umur 5 tahun mulai tampil di panggung teater bersama orang tuanya yang merupakan performer, Danny dan Rae Levitch.
1940
Mulai berteman dengan Dean Martin dan tampil di sejumlah kelab.
1946
Bersama Martin, dia membuat program NBC Red Network. Keduanya dikenal dengan skit spontan, tidak bergantung pada naskah.
1950
Puncak kejayaan Lewis and Martin. Keduanya membintangi 16 film produksi Paramount Pictures. DC Comics juga sempat merilis komik edisi khusus The Adventures of Dean Martin and Jerry Lewis yang terbit selama 1952–1957.
1952
Tergabung dengan MDA, asosiasi yang peduli terhadap muscular dystrophy.
1956
Lewis and Martin pecah kongsi karena perbedaan ide kreatif dan visi. Pada Desember 1956, Lewis merintis karir sebagai musisi lewat album Jerry Lewis Just Sings. Album itu terjual 1,5 juta kopi dan mendapatkan sertifikat gold record RIAA.
1960
Membintangi film komedi adaptasi kisah Cinderella, Cinderfella, dan film bisu The Bellboy.
Proses syuting The Bellboy diakui Lewis paling memprihatinkan. Dia menyumbang USD 950 ribu (Rp 12,7 miliar) agar syuting tetap bisa berjalan.
1963
Menulis, menyutradarai, dan membintangi The Nutty Professor yang sangat ngehit menjadi salah satu pencapaian terbesarnya.
20 Maret 1965
Mengalami cedera punggung fatal setelah jatuh dari piano saat tampil di Sands Hotel, Las Vegas. Dia nyaris lumpuh dan mengalami kecanduan obat penghilang nyeri, Percodan, selama 13 tahun.
1970–1981
Hiatus sebagai sineas maupun aktor layar lebar.
1976
Reuni dengan Martin dalam Muscular Dystrophy Telethon atas jasa sahabat mereka, musisi Frank Sinatra. Keduanya beberapa kali tampil bersama dalam acara off air dan penggalangan dana.
2016
Membintangi Max Rose, film terakhirnya.
20 Agustus 2017
Meninggal di Las Vegas pada usia 91 tahun.
Redaktur & Reporter : Adil