Menghapus Tato Nama Mantan

Selasa, 02 Juli 2013 – 11:55 WIB
MENULIS nama pujaan hati di bagian tubuh merupakan salah satu cara mengekspresikan rasa sayang. Tak jarang di antara mereka berani menempatkan nama tersebut di bagian-bagian sensitif tubuh. Namun, kadang mereka tak menyadari bahwa tindakan itu suatu saat menjadi blunder, bahkan merugikan kesehatan diri sendiri.
 
Spesialis kulit dari klinik Surabaya Skin Centre Dr dr M. Yulianto Listiawan SpKK(K) FINSDV FAADV mengatakan, tren orang yang berobat karena ingin menghilangkan tato semakin meningkat. Per bulan dia mengklaim menerima 8-11 pasien. "Kebanyakan sih didominasi mereka yang baru patah hati," ujarnya, lalu tertawa.

Dia menambahkan, cerita tentang pasien yang berobat karena patah hati sangat beragam. "Yang bikin saya geli, kadang mereka nangis sambil curhat kalau baru saja putus sama pacarnya, kemudian kesal. Sebagai ungkapan rasa kesal, mereka berniat menghilangkan tato tersebut," jelasnya.

Menurut Yulianto, jika dibandingkan dengan punggung atau lengan, tato di tangan atau kaki lebih sulit dihilangkan. Alumnus FK Universitas Airlangga itu juga menyebut warna tato memengaruhi tingkat kesulitan penghilangan.

Warna selain hitam memiliki tingkat kerumitan cukup tinggi. Memang untuk estetika, pengguna tato menggunakan variasi warna lain seperti merah atau hijau yang memang lagi nge-tren. Namun, dari sisi medis, peluang menghilangkan warna itu tergolong sangat kecil. "Tidak bisa hilang total. Maksimal nanti warnanya membekas, namun tidak secerah tato sebelumnya," ungkapnya.

Maka, lanjut Yulianto, meski demi mengungkapkan kasih sayang atau keindahan estetika, mereka tetap harus memikirkannya sebelum melakukan tato. "Ya, paling tidak dipikirkan dululah," ujarnya. Dia menambahkan, selain memakan biaya mahal, penghilangan tato di bagian itu memberikan rasa nyeri yang luar biasa bagi pasien.

"Sengaja memang tidak ada anestesi atau bius karena nanti mengganggu proses penyembuhan di kulit. Maka, waktu proses penghilangan itulah, pasien akan merasa nyeri," paparnya.

Sebelum melakukan proses penyembuhan, Yulianto pasti menanyakan motivasi pasien. Jika memang pasien belum siap untuk dihilangkan tatonya, dia memilih menundanya. "Saya lebih suka jika pasien itu siap. Motivasi untuk menghilangkan tato itu lahir dari inisiatifnya sendiri, bukan dari suruhan orang lain," ujarnya. (dha/c6/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Fakta dan Mitos Oral Seks

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler