jpnn.com - Sebanyak 40 dari 93 mahasiswa Universitas Bina Darma (UBD) yang pada Senin (15/1) melakukan kunjungan studi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pulang ke Palembang, Sumsel, tadi malam (16/1), pukul 20.30 WIB.
Kepulangan para mahasiswa itu didampingi dua dosen UBD, Jon Hendri dan Andrian SE MSi. Penerbangan mereka dari Jakarta dibagi dalam dua rombongan.
BACA JUGA: Selain Diana, Si Cantik ini Juga Mengalami Kejadian Buruk
Kelompok pertama 10 mahasiswa naik pesawat Lion Air yang tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II pukul 20.15 WIB.
Kelompok kedua 30 mahasiswa menumpang pesawat Batik Air yang tiba pukul 20.30 WIB.
BACA JUGA: Ternyata, Tak Hanya Diana yang Mendengar Bisikan Aneh Itu
Begitu sampai di ruang kedatangan, langsung disambut isak tangis keluarga serta sejumlah mahasiswa jurusan Akuntansi UBD yang telah menunggu sejak pukul 17.30 WIB.
Pantauan Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group), ke-40 mahasiswa tersebut dalam kondisi baik. Ada yang hanya menderita luka ringan akibat ambruknya selesar gedung BEI.
BACA JUGA: Selasar BEI Ambrol, Sandi Wacanakan Bentuk Tim Khusus
Kecuali, Khoirira (20), mahasiswi asal Banyuasin, Sungsang. Dia harus naik kursi roda karena kaki dan tangannya keseleo.
Sela Oktariana yang tiba sambil menarik koper langsung saja dipeluk sang ayah, Samsudin begitu keluar dari pintu kedatangan. "Alhamdulillah Nak, kamu tidak apa-apa," ungkap pria itu lega.
Cerita Sela, saat itu dia termasuk yang berada di selasar lantai 2 BEI. "Tapi waktu mau berjalan ke bagian tengah, saya sempat dipanggil teman di belakang. Waktu itulah selasar ambruk," ceritanya.
Dia cepat melompat ke lantai yang tidak roboh. "Tapi saya masih cukup trauma. Ini mau langsung pulang ke rumah," jelasnya.
Mahasiswa lain, Jayahadinata (20) juga merasa lega bisa kembali selamat ke Palembang. Dia langsung memeluk keluarganya yang juga menunggu dengan perasaan cemas.
"Saya beruntung pas kejadian tidak berada di lokasi. Saya dengan beberapa teman masih di bus," ujarnya.
Begitu tahu selasar ambruk, dia langsung panik dan keluar dari bus. "Kami langsung masuk ke lokasi mencari teman-teman dan menyelamatkan mereka," ungkapnya.
Meskipun tidak mengalami luka, Jaya baru pulang kemarin karena sebelumnya ingin membantu perawatan teman-teman yang lain. "Yang luka-luka akan dibawa ke RS di Palembang," sebutnya.
Sementara, Rika Damayanti (20), tak berhenti dipeluk keluarganya, Sam'a (40).
"Saya lega, adik kami Rika bisa pulang selamat. Meski dia mengalami luka pada paru-paru akibat tertusuk tulang rusuk yang patah," imbuhnya.
Rika pun mengangguk. Keluarga besarnya sudah menganggap peristiwa ini sebuah musibah.
"Pertama dapat telepon, kami pikir kecelakaan lalu lintas. Tidak tahunya, ambruk di gedung," kata Sam'a.
Sekeluarga besar panik dan shock. "Kami telepon Rika berulang kali, tapi tidak dijawab. Barulah sorenya, keluarga di Jakarta mengabari kalau Rika dirawat di rumah sakit,” kata warga Mariana, Banyuasin itu.
Sore itu juga, ibunda Rika berangkat ke Jakarta. Dekan Fakultas Ekonomi UBD, Emmi Suwarni menjelaskan mahasiswa yang pulang memang selamat pascakejadian. "Saat kejadian, mereka sebagian masih di dalam bus," katanya.
Waktu kejadian, mereka istirahat makan siang. "Yang di dalam gedung itu mencari musala untuk salat," ujar Emmi.
Wanita yang menamatkan sarjananya di Jurusan Ekonomi Pembangunan Unsri ini menuturkan seluruh korban dirawat dan diperhatikan dengan baik kondisinya oleh pihak BEI.
BEI sendiri memiliki tim di masing-masing RS tempat mahasiswa dirawat. Seluruh kebutuhan dan keperluan korban dan keluarganya diperhatikan baik. Bahkan BEI juga menyediakan rumah singgah bagi keluarga korban yang mau menginap.
"Setelah ini, mahasiswa kita kumpulkan dan kita data satu persatu. Lalu dicek kondisinya," ujarnya.
Pendataan untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang pulang, jadi bisa dipastikan tidak ada mahasiswa hilang atau terlantar.
Emmi menjelaskan orang tua yang menjemput langsung ke bandara rata-rata berdomisili di Palembang.
Pihak kampus juga menyediakan satu unit bus pariwisata berkapasitas 40 penumpang dan beberapa mobil untuk mengangkut mahasiswa yang pulang dari bandara menuju kampus. "Jadi pihak keluarga mahasiswa dari luar kota bisa jemput di kampus juga,
Sementara, bagi mahasiswa yang perlu dirawat intensif tetap akan mendapatkan perawatan sampai sembuh di RS.
"Jika kondisinya sudah fit baru diperbolehkan pulang. Untuk mahasiswi yang rawat jalan, biaya pengobatan tetap ditanggung BEI," tuturnya.
Saat ini masih ada beberapa dosen UBD yang ikut mendampingi mahasiswanya yang jadi korban ambruknya selasar BEI Jakarta, Senin (15/1) siang.
Pasalnya, masih ada puluhan korban yang juga tengah dirawat intensif di beberapa RS di Jakarta, yakni RS Siloam, RS Jakarta, RSAL Dr Mintohardjo, dan RSUD Tarakan Jakarta.
Di RSAL Mintohardjo sendiri masih ada 16 mahasiswa UBD yang rawat inap. "Senin (15/1) malam, empat pasien menjalani operasi karena patah tulang tangan, tulang kaki, dan tempurung kaki. Kondisi pasien saat ini sedang pemulihan pasca operasi," ujar Rolia, pendamping mahasiswa ini tadi malam.
Lalu, ada 2 pasien dengan kondisi parah patah tangan dan tulang bagian bokong belum dioperasi, menunggu hasil observasi selanjutnya.
“Pasien ini masih terbaring dan tidak bisa bergerak banyak," ungkapnya. Sementara hari ini (17/1) rencananya ada lima mahasiswa yang boleh pulang karena kondisinya mulai stabil.
“Jika malam ini (tadi malam, red) tidak ada keluhan fisik, pasien boleh pulang," ungkapnya. Di RS Siloam masih ada 17 mahasiswa yang tengah dirawat intensif. Dosen pendamping, Ade Kemala menuturkan dari jumlah itu, ada 11 yang harus menjalani operasi.
"Belum tahu sampai kapan di sini, kami lihat kondisi. Kami akan menunggui mahasiswa ini sampai sembuh. Kalau tim dokter memperbolehkan mereka pulang dan kondisinya membaik, kita segerakan," ujar Ade. Di RS Jakarta sendiri masih ada 16 mahasiswa yang menjalani perawatan.
Total ada 7 dosen disebar ke RS-RS di Jakarta untuk mendampingi para mahasiswa yang jadi korban.
"Dua dosen bersama 40 mahasiswa pulang malam ini. Yang masih dirawat Jakarta sekitar 55 mahasiswa," sebutnya.
Kemarin pagi, sekitar pukul 07.00 WIB, Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara didampingi Direktur Intel Polda Sumsel Kombes Pol Chairul Yani menyempatkan datang ke kampus utama UBD.
Dia menyampaikan keprihatinannya atas musibah yang dialami puluhan mahasiswa dan dosen.
“Semoga para korban bisa segera pulih, kumpul kembali dengan orang tua dan beraktivitas kembali,” imbuhnya. Dia menegaskan, Polda Sumsel siap membantu jika diperlukan.
Termasuk perawatan medis terhadap para korban. Bisa dirujuk pulang dari Jakarta ke RS Bhayangkara Palembang. “Apapun yang bisa dilakukan, akan kami bantu,” tandas Zulkarnain.
Pantauan Sumatera Ekspres, sejumlah orang tua para mahasiswa UBD kembali mendatangi kampus di Jl A Yani tersebut.
Tujuan mereka, ada yang protes karena tak diberangkatkan untuk melihat langsung kondisi anaknya yang terluka dan dirawat di Jakarta.
“Katanya janji mau memberangkatkan. Kenapa dipilih lagi, kami ingin lihat anak kami secara langsung,”ujar pria paruh baya itu di ruang posko informasi insiden ambruknya selasar BEI.
Ada juga wali dari mahasiswa yang tak terluka datang untuk meminta pihak kampus transparan. Khususnya soal dana akomodasi Rp4,2 juta - Rp4,4 juta yang telah disetorkan mahasiswa.
"Bagi orang mampu, uang itu tak masalah. Tapi bagi yang kurang mampu, ini sangat bernilai," kata orang tua mahasiwa itu.
Menanggapi tuntutan itu, juru bicara UBD, Heryanto menegaskan, pihaknya bakal bertanggung jawab terhadap semua mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Untuk mahasiswa yang harus menjalani operasi, pihak kampus akan memfasilitasi satu orang keluarganya untuk diberangkatkan ke Jakarta.
"Untuk uang akomodasi yang sudah disetor, pastinya bakal dikembalikan. Hanya untuk besarannya belum dipastikan mengingat kita juga sudah memberi panjar ke hotel dan lainnya,” jelasnya. (qiw/kos/cj11/fad/rin/idr/and/and/dee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 10 Saksi Diperiksa Terkait Robohnya Selasar Gedung BEI
Redaktur & Reporter : Soetomo