Menginap di Senayan, Tak Pulang Sampai Tuntutan Dipenuhi

Selasa, 18 Juni 2013 – 06:08 WIB
MENJADI pemain sepak bola Profesional di Indonesia memang belum menjanjikan. Alih-alih meraih kesejahteraan, pemain ada yang harus hidup terlunta-lunta seperti yang dialami pemain PSMS.
--------------
MUHAMMAD AMJAD, Jakarta
-------------

Gaji kami belum beres, pengurus PSSI sibuk kongres.. begitu salah satu isi tulisan dari bentangan spanduk dan poster di depan kantor PSSI, kemarin (17/6). Seperti melakukan demo, sebelas orang terlihat berorasi dan terus meneriakkan kondisi tragis yang saat ini dialami oleh mereka.

Penampilan dan kondisi yang mereka alami saat ini, sejatinya tak segaris dengan status mereka. Sebab, mereka adalah pemain sepak bola profesional yang memperkuat PSMS Medan.

Karena kondisi keuangan klub, pemain yang berjumlah sebelas orang itu harus mengadu nasib ke Jakarta. Bukan mencari nafkah, mereka meminta tolong kepada Kemenpora, PSSI, dan PT Liga Indonesia agar bisa membantu mencari solusi atas permasalahan yang mereka alami. 

"Kami sudah mengadu ke Kemenpora, PSSI, PT LI. Tapi belum ada hasil konkrit. Kami berharap mereka bisa menekan klub kami untuk menyelesaikan kewajibannya," kata Ardhana Siregar .

Dari pengakuan pemain-pemain, mereka sudah tidak menerima gaji dari klubnya sejak September 2012 lalu hingga Mei 2013. Jika ditotal, "lanjut dia, sudah sepuluh bulan mereka tidak menerima gaji.

"Kami pernah dibayar setengah bulan gaji. Setelah itu, kami tidak pernah lagi dibayar," ujarnya pemain lainnya, Hardiyanto.

Karena itu, mereka saat ini menduduki kantor PSSI agar bisa segera mendapatkan kejelasan. Pemain-pemain itu berjanji, tak akan meninggalkan Senayan, sebelum permasalahan mereka tuntas. Atau, ada perjanjian hitam di atas putih mengenai penyelesaian tunggakan mereka.

Apa yang dilakukan ini memang membuat mereka harus rela terlantar. Pasalnya, saat berangkat ke Jakarta, mereka tanpa membawa bekal yang cukup. Terang saja, karena sejauh ini mereka hidup pas-pasan.

Beruntung, pemain-pemain asal Medan yang saat ini sedang berlebih rizki, memberikan bantuan untuk mereka.

"Kami sebelumnya khawatir tidak bisa makan. Tapi, Alhamdulillah ada bantuan. Kami akan terus bertahan disini dengan keterbatasan ini, sampai tunggakan gaji kami diselesaikan," tegasnya.

Mereka mengaku akan menginap di sekitaran Senayan sampai apa yang mereka tuntut dipenuhi. Meski sungguh memilukan, Ardhana dkk mengaku sudah terlunta-lunta sejak datang ke Jakarta, Senin (10/6) lalu.

Dua hari mereka harus menginap di Monumen nasional (Monas), setelah itu mereka menginap di Masjid Albina, Senayan. Beruntung, akhirnya ada Ali, salah satu teman dari pemain yang hidup di Jakarta.

"Kami mendapat tumpangan untuk hidup di rumahnya. Jadi, kaalu untuk sekedar menginap di Senayan, kami tidak takut. Sudah terbiasa. Kami berharap tujuan kami tercapai," tuturnya.

Lantas, bagaimana dengan keluarga di rumah? Ardhana menjelaskan bahwa kondisinya memang memprihatinkan. Sebab, keluarga mereka harus berhutang kesana-kemari. Bahkan, ada juga yang menjual sebagian perabotan yang mereka miliki untuk bertahan hidup.

"Kami ada yang menjual rokok, bahkan membuka toilet dan menjaga parkiran dulu untuk hidup. Sekarang kami berusaha agar kejadian seperti ini tak terulang lagi," tandasnya.

Dia berharap agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang di musim depan. Karena itu, pemain tersebut berharap PSSI bisa bertindak tegas terhdap klub yang memiliki masalah financial.

"Daripada menjadi korban, lebih baik tidak usah ikut kompetisi klubnya," tegasnya.

Jumlah tunggakan PSMS nilainya dipastikan mencapai miliaran. Sebab, untuk seorang pemain cadangan saja, tunggakan PSMS mencapai Rp 110 juta. Bagaimana jika 11 pemain dan penggawa PSMS lainnya yang tak ikut ke Jakarta di total tunggakann, bisa jadi, tunggakan mencapai lebih dari Rp 2 miliar. (JP)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menikmati Kehangatan dan Kelezatan Makanan Indonesia di Brisbane

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler