Mengintip Geliat Ekonomi di Kawasan Industri Nikel Konawe

Senin, 01 Juni 2020 – 12:07 WIB
Kondisi di Desa Puurui, Kecamatan Morosi, yang terletak di sebelah timur laut Kabupaten Konawe. Foto source for jpnn

jpnn.com, SULAWESI TENGGARA - Fasilitas pengembangan, pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara yakni Kawasan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), belakangan ramai dibicarakan terkait rencana mendatangkan 500 TKA China ke Indonesia.

Kawasan industri yang sudah berdiri sekitar enam tahun sejak 2014 ini diakui masyarakat sekitar memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi Desa Puurui, Kecamatan Morosi, yang terletak di sebelah timur laut Kabupaten Konawe.

BACA JUGA: Konawe Ditargetkan jadi Daerah Lumbung Padi Nasional

Saat ini, banyak ditemui usaha kecil-menengah yang dijalankan oleh warga sekitar pabrik seperti warung makan, laundry, dan juga kos-kosan. Salah satunya, Sasto (53 Tahun) warga setempat yang sebelumnya bekerja serabutan, namun sekarang pemilik rumah makan dengan omset jutaan per hari.

“Dulu di sini seperti kampung mati, sekarang ramai. Waktu saya datang saja di sini bisa dihitung, kurang lebih cuma ada 10 rumah saja. Sekarang sudah ribuan rumah. Bahkan satu orang itu ada yang punya 100-200 kamar yang disewakan,” ujar Sasto.

BACA JUGA: Syahrini Sebut Akun Haters Dirinya Bermunculan Setelah Luna Maya Posting

Berdasarkan penuturan Sasto, omset warung makan bergantung pada para pekerja pabrik yang diantaranya diisi para pekerja lokal dan pekerja asing.

Selain Sasto, Ponikem (53 Tahun) petani sayur yang kini berubah menjadi pemilik kosan dengan 20 kamar setelah adanya pembangunan smelter (tungku pengolahan bijih nikel) di kawasan tersebut.

BACA JUGA: Bamsoet Keluarkan Peringatan Dini soal 500 TKA China ke Konawe

Ponikem juga menuturkan banyak anak-anak muda yang tadinya pengangguran juga terserap menjadi tenaga kerja di kawasan tambang.

“Kondisi sekarang alhamdulillah, lebih baik," katanya.

Senada dengan Ponikem, Kepala Desa Puurui, Mahadi juga menceritakan semakin banyak masyarakat sekitar yang direkrut sebagai karyawan.

Hal ini merupakan dampak positif, karena kehadiran industri tersebut membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu.

“Perusahaan itu sebenarnya sudah merekrut, bahkan ada yang diberangkatkan untuk belajar ke China. Termasuk warga di sini, kurang lebih ada 40 karyawan dikirim ke China untuk belajar selama sekitar 1 tahun. Setelah selesai pendidikan, jabatan mereka langsung naik,” aku Mahadi.

Mahadi juga menyampaikan bahwa banyak manfaat yang dirasakan langsung oleh warga, salah satunya adalah pembangunan jalan desa yang sekarang sudah dicor beton, sehingga akses jalan warga jadi semakin baik.

“Ini sudah nyata, sudah jelas ada pembangunannya,” tandas pria 52 tahun ini.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler