Menhub Siapkan Pembenahan Sejumlah Bandara

Rabu, 22 Februari 2017 – 18:20 WIB
Ilustrasi bandara. Foto: Radar Banjarmasin/JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Menpar Arief Yahya lagi-lagi memuji keseriusan dan komitmen Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam menjalankan kinerjanya.

Ity disampaikannya setelah sebelumnya bersama Budi membuka akses Wakatobi di Bandara Matahora, Wangi-Wangi bersama direksi Garuda Indonesia dan Perusahaan Feri Indonesia ASDP.

BACA JUGA: Emirsyah Satar jadi Tersangka, Menhub Budi Bilang...

Keduanya bertemu lagi dalam Rakor Lintas Sektor Program Transport-Toursim Stimulus Package di Balairung Soesilo Sudarman, Gedung Kementerian Pariwisata.

“Terima kasih Pak BKS (Budi Karya Sumadi, Menhub, red). Saya merasa punya sahabat, bukan hanya secara personal, tetapi juga dalam membangun kinerja kepariwisataan di pemerintahan Presiden Joko Widodo. Saya terharu dan tersanjung mendengar langsung, bahwa target 15 juta wisman Kemenpar sama dengan target Kemehub untuk menyediakan aksesibilitasnya! Luar biasa,” ujar Arief.

BACA JUGA: Menhub: Jangan Lirik-lirik, Silakan Minggir Saja

Target wisman 2017 dengan 15 juta itu, menurut Arief Yahya, berarti seat capacity atau jumlah tempat duduk penerbangan yang ke tanah air masih minus 4 juta.

Kapasitas sekarang, hanya cukup untuk 12 juta tahun 2016. Masih ada kekurangan kursi 4 juta, yang 75%-nya atau 3 jutanya harus dipenuhi dari air connectivity.

BACA JUGA: Menhub: Yang Seperti itu Bikin Kita Susah

Karena 75% wisman masuk ke tanah air dengan menumpang pesawat. Sisanya, dengan penyeberangan feri, dan pos lintas batas atau crossborder.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun menjanjikan, soal kekurangan seats itu sudah masuk dalam perencanaannya.

“Saya akan membantu memberikan kemudahan akses, kenyamanan dan keamanan,” tuturnya.

Di 2017 ini, Menhub berhubungan makin erat dengan Menpar Arief.

Rumus 3A yang dipopulerkan dengan Akses, Atraksi, Amenitas oleh Arief langsung direspons Menhub.

Spiritnya sama, Indonesia Incorporated. Dia ingin memperkuat konektivitas udara untuk memperkuat pariwisata menemukan targetnya.

Kebetulan, aksesibilitas udara adalah PR pertama yang ingin dituntaskan Menpar Arief di 2017, selain Go Digital dan Homestay Desa Wisata.

Sebagai negara kepulauan, jembatan udara memang paling krusial. Apalagi, jarak antardestinasi di Indonesia itu lumayan jauh.

Sehingga kadang banyak keluhan, biaya transportasi Jakarta-Manado, Jakarta-Bali, Jakarta-Lombok, Jakarta-Labuan Bajo, Jakarta-Ambon, Jakarta-Raja Ampat sering kali lebih mahal dari Jakarta-Singapore, Jakarta-Kuala Lumpur, atau bahkan Jakarta-Bangkok.

Problem lagi, yang masuk ke Bali atau Jakarta itu banyak yang tidak terbang langsung, melainkan transit di Singapore, Kuala Lumpur, Bangkok, dan lainnya.

“Ini sedang dibenahi. Kami sudah mengambangkan sejumlah bandara untuk mendukung pariwisata misalnya Bandara H AS. Hanandjoeddin – Tanjung Pandan, Belitung, yang telah menjadi bandara internasional. Setelah itu pengembangan Bandar Udara Sibisa - Parapat dalam rangka mendukung kunjungan wisatawan ke Danau Toba. Ada juga Bandara Internasional Yogyakarta Baru yang akan segera dimulai pembangunannya,” tambah Menhub.

Gerak cepat Menhub juga terlihat di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah.

Pada 2018 ini, bandara di Jawa Tengah itu sudah dinyatakan siap beroperasi.

“Bandara Supadio Pontianak juga siap diresmikan tahun ini dan Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya di akhir tahun ini,” ucapnya.

Setelah itu, ada Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang akan selesai pada 2018, pengembangan Bandara Abdul Saleh Malang dalam rangka mendukung kunjungan wisatawan ke Bromo-Tengger-Semeru.

Termasuk pengembangan Bandara Pitu Morotai dalam rangka mendukung kunjungan wisatawan ke Morotai.

“Konektivitas udara ke pasar-pasar utama wisman harus terbuka. Dan itu bentuk rillnya,” terang Menhub.

Yang membuat Budi antusias, pengembangan sejumlah bandara tadi tidak dikerjakan sendirian.

Semangat Indonesia Incorporated jadi panglimanya. Dalam pengembangan bandara, sejumlah pemerintah daerah seperti Banyuwangi, Papua, dan Jawa Barat.

“Itu sangat membantu karena dana Kementerian Perhubungan yang terbatas dapat digunakan di pembangunan lainnya,” ujarnya.

Lantas mengapa bandara di kantong-kantong pasar utama wisman harus dikembangkan? Di-upgrade fasilitasnya? Dibuat nyaman dengan standar global?

“Karena akses adalah satu faktor krusial penunjang pariwisata. Panorama di destinasi unggulan yang begitu indah, tak ada artinya jika para wisman sulit datang ke sana,” beber Menhub.

Tak hanya itu, kata dia, kebetulan, tren jumlah penumpang udara terus meningkat.

Di 2016 saja, jumlahnya sudah mencapai 89,3 juta untuk domestik dan 23,4 juta untuk internasional.

“Saya minta pemerintah daerah bersama seluruh stakeholder terkait untuk berkomunikasi dengan baik agar dapat memberikan level of service yang baik. Di awal 2019, semua bandara diharapkan sudah selesai dan semoga tidak ada lagi kemacetan,” jelas Menhub.

Dengan peningkatan jumlah penumpang tadi, kerjasama dengan airlines pun diperlukan.

Menhub juga siap mendukungnya dengan memberikan penawaran slot ke maskapai.

Caranya, dengan memberikan arahan kepada PT Angkasa Pura untuk memberikan stimulus kepada maskapai asing yang baru melayani penerbangan ke Indonesia dengan memberikan landing fee yang gratis.

“Itu sudah dilakukan tapi masih kurang menarik. Berarti apa yang kurang menarik? Kotanya atau paket wisatanya? Itu yang harus dicari,” kata Menhub.

Bagaimana dengan bandara besar seperti Soekarno Hatta? Pendekatannya ternyata lebih dahsyat lagi.

Dengan dua runway saat ini, Soekarno Hatta mampu melayani 86 slot dalam 1 jam.

Dan kuota itu dinilai belum cukup. Masih akan ditambah lagi.

Setelah pembangunan runway, akan ada tiga runway di bandara tersebut sehingga dapat melayani 110 slot.

“Ini ruang yang besar agar maskapai asing dapat masuk ke Jakarta,” jelas Menhub. (flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menhub Bertekad Tingkatkan Safety pada Pelayaran Rakyat


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler