Menlu AS Mendadak ke Afghanistan

Selasa, 26 Maret 2013 – 06:58 WIB
KABUL--Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) John Forbes Kerry melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan, Senin (25/3). Dia datang tiba-tiba bukan tanpa alasan. Misi mantan senator Massachusetts tersebut adalah meredakan ketegangan hubungan AS-Afghanistan setelah beberapa kali Presiden Hamid Karzai menyerang secara verbal perilaku tentara Paman Sam di wilayahnya.
 
Kerry pun bertemu Karzai untuk kali pertama sejak dia menjabat menlu. "Dia (Kerry) ingin memastikan bahwa AS berkomitmen pada Afghanistan hingga terjadinya masa transisi dan selalu ada aral di tengah perjalanan itu," tutur sumber pejabat AS yang mengikuti lawatan Kerry kepada wartawan.
 
Lebih dari 11 tahun setelah Taliban lengser dari kekuasaan, pasukan koalisi internasional akan ditarik dari Afghanistan. Selanjutnya, mereka menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara serta polisi Afghanistan yang belum terlatih dengan baik.
 
Pemerintahan Karzai berupaya membuka jalan negosiasi formal dengan Taliban yang mampu bertahan melawan kekuatan pasukan koalisi NATO memasuki tahun ke 12 peperangan. Presiden Afghanistan sejak 2004 itu juga akan berkunjung ke Qatar untuk membahas proses damai dan membuka kantor perwakilan Taliban demi memudahkan negosiasi. Lawatan tersebut dilakukan setelah negosiasi dengan AS, Pakistan, dan Taliban mandek.
 
"Saya tidak bermaksud untuk mendahului, namun saya rasa ini sinyal positif. Sebuah langkah maju menuju proses rekonsiliasi," ungkap sumber tersebut. "Tidak ada yang menyangka bahwa dia (Karzai) akan membuka kantor di sana (Qatar). Tidak ada juga yang menyangka bahwa dia akan duduk satu meja dengan Taliban. Ini memang proses panjang. Tapi, langkah kecil yang positif ini sangat penting di tengah proses tersebut," tambahnya.
 
Ketegangan AS-Afghanistan memanas beberapa tahun terakhir terkait berbagai isu. Antara lain, banyaknya korban sipil akibat serangan udara, penggerebekan malam hari, dan pemindahan para tahanan. Sumber yang mengikuti lawatan Kerry itu memahami terjadinya gesekan dalam hubungan AS-Afghanistan. Tetapi, di yakin bisa ditemukan solusinya. Termasuk, kesepakatan menarik pasukan AS dari Provinsi Wardak. Di wilayah itu, tentara AS diduga bertindak secara tidak menyenangkan terhadap warga lokal.
 
Bertepatan dengan kunjungan Kerry, AS menyerahkan tanggung jawab dan kontrol penuh pengelolaan penjara Bagram kemarin kepada pemerintah Afghanistan. Penjara itu adalah fasilitas tahanan kriminal terakhir di Afghanistan yang ada di bawah kendali AS.
 
Upacara serah terima dilakukan di lingkungan penjara. Yakni, Fasilitas Tahanan Nasional (National Detention Facility) di Parwan. Serah terima tersebut sempat tertunda karena kedua pihak belum menyepakati status tahanan yang dianggap berbahaya oleh AS.
 
Sehari sebelumnya, Minggu lalu (24/3) Kerry melakukan kunjungan dadakan pula ke Baghdad, Iraq. Dia kemudian memperingatkan Iraq untuk melarang pesawat Iran melalui wilayahnya karena diduga mengirim senjata dan peralatan militer lainnya ke Syria.
 
Mantan calon presiden (capres) Partai Demokrat dalam pilpres AS pada 2004 itu mengingatkan Perdana Menteri (PM) Nuri al-Maliki bahwa Washington mengawasi apa yang dilakukan Iraq. Itu bentuk kecaman pada Baghdad karena tak memeriksa penerbangan dari Teheran. Dari kota itu, pemerintah Iran mengirimkan bantuan ke Syria.
 
"Saya tegaskan kepada perdana menteri bahwa selama ini penerbangan dari Iran (melintasi wilayah udara Iraq) sangat membantu rezim Presiden Bashar al-Assad bertahan," ujar Kerry setelah bertemu Maliki. Lawatan sehari Kerry ke Iraq itu juga memfokuskan keprihatinan Washington pada maraknya manuver militan seperti Al Qaeda melakukan serangan terhadap warga Syiah. (AFP/RTR/cak)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusuh Meluas, Masjid-Rumah Terus Dibakar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler