Menlu Inggris Sebut Negara Barat Kesatria Demokrasi, Musuh Diktator Global China dan Rusia

Sabtu, 22 Januari 2022 – 02:50 WIB
Menteri Luar Negeri Inggris Elizabeth Marry Truss biasa disapa Liz Truss Foto: ANTARA/Linna Susanti

jpnn.com, SYDNEY - Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping bahwa Negara Barat akan memperjuangkan demokrasi untuk melawan kediktatoran, yang disebutnya makin menonjol sejak Perang Dingin.

Berbicara di Australia pada Jumat, Truss mengatakan Inggris dan sekutunya di "dunia bebas" harus bersama-sama menanggapi ancaman global, memperdalam hubungan dengan negara-negara demokrasi di Indo-Pasifik, dan "menghadapi agresor global" yang menggunakan ketergantungan ekonomi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

BACA JUGA: Eropa Memanas, Rusia Berusaha Gaet China untuk Hadapi NATO

Truss dan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, bertemu dengan mitra-mitranya di Australia untuk Konsultasi Menteri Australia-Inggris tahunan (AUKMIN), yang di antaranya membahas kesepakatan pembelian kapal selam nuklir oleh Australia.

Menhan Australia Peter Dutton mengatakan tidak ada rencana untuk mendirikan pangkalan militer Inggris di Australia, bahkan ketika angkatan laut Inggris meningkatkan kehadirannya di Pasifik.

BACA JUGA: Latihan Militer Bersama Rusia dan AS, China Kerahkan Kapal Perusak Radar

Kedua negara menandatangani kesepakatan untuk mendanai infrastruktur di kawasan itu sebagai balasan terhadap pengaruh Beijing.

Dalam sebuah pernyataan bersama, para menteri menyatakan keprihatinan atas aktivitas militer Rusia di perbatasan dengan Ukraina.

BACA JUGA: China Sita 27 Ton Narkoba, Pelaku yang Ditangkap Luar Biasa Banyaknya

Mereka pun menyampaikan dukungan mutlak bagi kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.

Dalam pidatonya di Lowy Institute, Truss memperingatkan Putin untuk membatalkan rencananya dan mundur dari Ukraina sebelum membuat kesalahan strategis kolosal.

Truss menyebut Kremlin tidak belajar dari sejarah bahwa invasi hanya akan menyebabkan penderitaan dan hilangnya nyawa.

"Seperti yang kita ketahui terjadi pada perang Soviet-Afghanistan dan konflik di Chechnya," ujarnya.

Lebih dari 15.000 tentara Soviet tewas di Afghanistan dari 1979 hingga 1989, sementara ratusan ribu orang Afghanistan tewas.

Perang yang dipimpin AS di Afghanistan dari 2001 hingga 2021 menyebabkan lebih dari 3.500 kematian di antara koalisi militer internasional.

Truss mengatakan keberanian para agresor global kini berada di level yang tidak pernah terlihat sejak berakhirnya Perang Dingin

"Mereka berusaha mengekspor kediktatoran sebagai layanan di seluruh dunia. Itulah sebabnya rezim seperti Belarus, Korea Utara, dan Myanmar menemukan sekutu terdekat mereka di Moskow dan Beijing," ujar Truss.

Lebih lanjut ia mengatakan Inggris harus bekerja dengan sekutu seperti Australia, Israel, India, Jepang, dan Indonesia untuk "menghadapi agresor global", terutama di Pasifik.

"Sudah waktunya bagi dunia bebas untuk berdiri tegak," kata Truss.

Menurut dia, "pemaksaan ekonomi" China terhadap Australia adalah "salah satu peringatan" kepada Inggris bahwa Beijing menggunakan kekuatan ekonominya untuk melakukan kontrol atas negara-negara lain.

Beijing, yang memberlakukan sanksi perdagangan atas barang-barang Australia setelah Canberra menyerukan penyelidikan internasional tentang asal mula pandemi virus corona, telah membantah tuduhan pemaksaan ekonomi.

Barat menyebut Rusia sebagai diktator yang diatur oleh elite yang telah melibatkan diri dalam petualangan yang tidak bertanggung jawab seperti pencaplokan Krimea tahun 2014, upaya untuk ikut campur dalam pemilihan AS dan Eropa, dan serangkaian upaya spionase dan pembunuhan tingkat tinggi di luar negeri.

Sementara para pejabat Rusia mengatakan Barat penuh dengan perpecahan, dicengkeram oleh "Russophobia", dan tidak memiliki hak untuk menceramahi Moskow tentang bagaimana harus bertindak. (ant/dil/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler