Menlu Retno Sebut Tiga Tantangan Semangat GNB Dalam Konteks Politik Luar Negeri Indonesia

Senin, 15 Juni 2020 – 22:45 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat berbicara dalam diskusi daring yang digelar DPP GMNI, Senin (15/6/2020). Foto: Dok. GMNI

jpnn.com, JAKARTA - Ada tiga tantangan semangat Gerakan Non Blok (GNB) dalam konteks politik luar negeri (polugri) Indonesia saat ini.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam diskusi yang digelar DPP GMNI, Senin (15/6/2020).

BACA JUGA: Sah! Roy-Teddy dan Arjuna-Dendy Gelar Sertijab saat Pengukuhan Pengurus DPP GMNI Periode 2019-2022

Diskusi berlangsung secara daring itu diikuti 402 peserta. Di antaranya mahasiswa, kader GMNI, alumni GMNI, masyarakat umum dan 22 duta besar Republik Indonesia tersebar di negara-negara.

Tantangan pertama, akses vaksin untuk negara-negara berkembang. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

BACA JUGA: DPP GMNI Hasil Kongres Ambon Resmi Dikukuhkan, Ini Nama-nama Pengurusnya

"Semangat GNB, diletakkan dalam konteks pandemi. Bagaimana negara-negara berkembang mendapat akses vaksin dengan harga terjangkau. Ini terus diperjuangkan Indonesia," katanya.

Tantangan kedua, lanjut Retno, soal Palestina. Situasi Palestina saat ini semakin memburuk. Salah satu karenanya rencana aneksasi Palestina oleh Israel. "Israel akan mulai menganeksasi pada 1 Juli 2020. Aneksasi ini akan mempersulit perwujudan kemerdekaan bangsa Palestina," ungkanya.

BACA JUGA: Menlu Retno Hubungi Sejumlah Orang Penting demi Gagalkan Rencana Jahat Israel

Aneksasi, menurut Indonesia, bertentangan dengan norma internasional dan berbagai resolusi PBB. Salah satu dampak dari aneksasi itu, akan mendestabilisasi keamanan di wilayah Timur Tengah.

"Posisi Indonesia konsisten menolak aneksasi. Indonesia mendorong OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) menjadi mesin utama mobilisasi dukungan internasional," tegas Retno, menyampaikan sikap Indonesia dan langkah yang dilakukan sebagai dukungan Indonesia untuk Palestina.

Tantangan berikutnya, lunturnya nilai-nilai multilateralisme. Salah satu wujudnya, negara kuat mendominasi, negara lemah tergilas. "Dan GNB, harus jadi penyangga nilai multilateralisme. Kita harus mendorong paradigma win-win," tuturnya.

GNB merupakan gerakan politik luar negeri yang dicetuskan Bung Karno di masa pemerintahannya. Semangat GNB, dijadikan dasar perjuangan negara berkembang melawan musuh bersama. Yaitu kolonialisme dan imperialisme.

Diskusi garapan DPP GMNI itu berlangsung selama kurang lebih dua jam. Diakhiri dengan tanya jawab antara peserta dengan para narasumber setelah paparan masing-masing narasumbet tersebut. Diskusi ini merupakan rangkaian giat DPP GMNI dalam rangka menyemarakkan Bulan Bung Karno, Juni 2020.

Organisasi yang dipimpin Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino dan Sekretaris Jenderal DPP GMNI, M. Ageng Dendy hasil Kongres GMNI di Ambon, Desember 2019 lalu ini, sebelumnya juga telah menggelar diskusi bertemakan "Bung Karno dan Kebudayaan Nasional", "Merawat Pikiran Bung Karno", Bung Karno, Kepemimpinan Politik dan Demokrasi", dalam rangka menyemarakkan momentum Bulan Bung Karno, Juni 2020.(fri/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler