jpnn.com, JAKARTA - Menpora RI Zainudin Amali mengingatkan pentingnya menjaga persatuan sebagai kunci keselamatan bangsa.
Hal itu disampaikan Menpora Zainudin Amali pada acara Damai Indonesiaku Edisi Hari Sumpah Pemuda ke-92 tahun 2020, di Masjid Pemuda Al-Muwahiddin, Kemenpora RI, Minggu (18/10) siang.
BACA JUGA: Kemenpora Tingkatkan Penguasaan Teknologi untuk Mendukung Wirausaha Muda
Zainudin menyampaikan, di samping semangat pantang menyerah, sikap rela berkorban untuk satu kesatuan bangsa sangat penting untuk terus diimplementasikan.
"Meski dari berbagai latar belakang suku bangsa, agama, etnis, bahasa tentu kita harus mejaga keutuhan bangsa. Intinya adalah tanpa persatuan tidak mungkin kita bisa berjuang bersama-sama. Tidak mungkin kita bisa bangkit bersama-sama karena modal yang paling utama adalah persatuan," kata Zainudin.
BACA JUGA: BEM SI Ultimatum Jokowi, Ferdinand: Mahasiswa Mempersulit Hidupnya Sendiri
Menurutnya, sekarang ini persatuan sangat dibutuhkan bangsa Indonesia di di pandemi covid-19. Apalagi dampak dari bencana globall ini tidak hanya terakait aspek kesehatan, tetapi juga berpengaruh pada ekonomi, sosial dan berbagai sendi kehidupan lainnya.
"Karena itu, kita harus bersatu menghadapinya. Pemerintah dengan segala upaya akan terus memutus penularan virus Covid-19 ini. Tentu juga diharapkan masyarakat ikut bersama-sama bersatu khususnya para pemudanya," harap Zainudin.
BACA JUGA: Dua Aliansi BEM Beda Sikap, Satunya Justru Mengawal UU Cipta Kerja
Dia pun mengajak seluruh elemen bangsa untuk berusaha mencegah penularan coronavirus agar pandemi ini cepat berakhir.
"Intinya persatuan menjadi kunci untuk memutus mata rantai covid - 19 ini. Hakekat persatuan sudah ditunjukkan oleh para pemuda kita pada 92 tahun yang lalu. Dan hari ini kita diuji lagi, apakah kita bisa bersatu menghadapi pandemi yang melanda negeri ini," ucap Zainudin.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Asrorun Niam seabagai salah satu penceramah pada acara ini mengatakan, 92 tahun yang lalu anak-anak muda Indonesia menyadari akan pentingnya komitmen bersatu di tengah perbedaan yang ada. Kesadaran itu muncul karena persoalan panggilan keagamaan, cinta tanah air, dan untuk menjalankan kebajikan yang bersifat universal.
"92 tahun yang lalu anak-nak muda dari berbagai organisasi yang berbasis suku, komunitas dan agama menyadari akan pentingnya bersatu. Ada Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong yang berbasis keagamaan, PPPI berkumpul dan berdiskusi memikirkan masalah kebangsaan," ucapnya.
Kesadaran bersama itu kemudian dimanivestasikan dalam Kongres 2 pada 28 Oktober 1928, untuk mencari titik temu di antara perbedaan yaitu komitmen kebangsaan yang sama.
Sementara Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menyampaikan Indonesia merdeka karena persatuan, termasuk Sumpah Pemuda yang mempelopori kemerdekaan Indonesia oleh para pemuda yang berikrar untuk bersatu.
"Kita kedepan tidak mungkin maju tanpa ada persatuan, maka sila yang ke-3 adalah Persatuan Indonesia. Walaupun kita berbeda agama, ras, suku dan sebagainya tapi kita satu di dalam membela NKRI," ujarnya.(*/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam