Mental Guru Tertekan, PGRI Desak UKG Dihentikan

Kamis, 02 Agustus 2012 – 18:30 WIB
Foto: Dok.JPNN

JAKARTA--Setelah melakukan evaluasi atas laporan dari berbagai daerah mengenai pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG),  Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyimpulkan bahwa pemerintah sebaiknya menghentikan UKG. Pasalnya, pelaksanaan UKG hingga saat ini dinilai kacau dan hasilnya dapat dipastikan tidak bisa dijadikan sebagai bahan penilaian kompetensi guru.

"Kalaupun ada yang bisa berhasil melaksanakan UKG, hasilnya tidak akan bisa  menggambarkan kompetensi guru yang dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan pembinaan guru. Bahkan, kemungkinan bisa kontraproduktif dengan upaya peningkatan mutu pendidikan," ungkap Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI, Sulistyo di dalam pesan singkatnya, Kamis (2/8).

Sebelumnuya, Federasi Guru Seluruh Indonesia (FGSI) juga mendesak Kemdikbud menghapus kebijakan UKG.

Sulistyo menyarankan, sebaiknya hasil UKG tidak dianalisis untuk penyimpulan hasil UKG. Hal ini disebabkan karena banyaknya soal tertukar dan ada soal yang pilihan jawabannya tak ada yang benar. Bahkan, untuk soal bergambar pun, tidak ada gambarnya sehingga soal tak bisa dijawab dengan benar serta  kode mata pelajaran juga  tertukar.

"Bisa jadi itu karena  digitalisasi soal tidak benar. Sistem yang belum profesional atau rapuh. Jika akan dilakukan pemetaan, tidak akan mampu menggambarkan kompetensi guru yang benar. Saya sangat kaget, ternyata pada sistem ada tulisan batas lulus 70. Itu mengingkari niat semula sebagai pemetaan dan ini membuat guru resah, panik, dan tertekan," papar Sulistyo.

Namun yang disesalkan, pemerintah justru kerap mencari kambing hitam untuk  dikorbankan jika mereka gagal dalam melaksanakan tugas ataupun programnya. Selain itu, guru akhirnya hanya menjadi korban karena sudah menyiapkan diri berminggu-minggu dan meninggalkan tugasnya mengajar di sekolah.

"Jika itu diteruskan, Kemdikbud bisa jadi termasuk melakukan kebohongan publik dan pencemaran nama baik guru. Saya ingin mengingatkan agar Kemdikbud  jujur dan berani introspeksi. Menurut kajian kami, memang harus ada perbaikan sistem, data guru, dan digitalisasi soal. Jadi, sebaiknya segera diperbaiki," imbuhnya. (Cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada yang Untung, Guru Terus Buntung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler