Mentan Amran Pantau Langsung Program Bekerja di Garut

Kamis, 27 September 2018 – 20:18 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memonitor Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) di Desa Talagawangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Kamis (27/9). Foto: Kementan

jpnn.com, GARUT - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memonitor Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) di Desa Talagawangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Kamis (27/9).

Program Bekerja adalah upaya untuk mengentaskan kemiskinan berbasis pertanian.

BACA JUGA: Mentan Amran Monitor Program Bekerja di Pelosok Garut

"Ini adalah program Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Kemensos, BUMN, Kemendes, dan BKKBN. Di Kecamatan Pakenjeng ini termasuk daerah terpencil. Perintah Bapak presiden agar membangun negara dari pinggiran agar masyarakat di daerah-daerah pelosok sejahtera,” kata Amran.

Amran menjelaskan, Program Bekerja sangat bagus karena dilakukan dengan tahapan yakni jangka pendek sampai jangka panjang dan dikembangkan dengan sistem klaster.

BACA JUGA: TTI Hadir untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

Untuk jangka pendek, melalui penanaman tanaman komoditas harian yakni sayur-sayuran.

Untuk jangka menengah dengan pemberian 50 ekor ayam per rumah tangga pra sejahtera. Adapun ayam yang diberikan jenis petelur yang berumur dua bulan.

BACA JUGA: Produksi Jagung Nasional Dipastikan Surplus

“Yang dikatakan miskin, pendapatannya kurang dari Rp 1,4 juta per bulan. Tahun ini, Kementan sediakan bantuan ayam enam juta ekor berikut kandang dan pakan serta pendampingan. Tahun depan dua kali lipat. Bantuan juga berupa tanaman perkebunan, ada kopi dan hortikultura yaitu sayur-sayuran. Jadi, bantuan jangka pendek, menengah dan panjang,” jelasnya.

Amran optimistis bantuan pada Program Bekerja mampu menyejahterakan masyarakat. 

Misalnya, budidaya ayam mampu bertelur saat usia enam bulan sebanyak 50 butir per hari dengan masa produktif tiga tahun.

"Kalau 50 telur per hari, pendapatan Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta per bulan. Masyarakat prasejahtera pendapatan Rp 1,4 juta. Ditambah Rp2,5 juta, berarti Rp 3,5 juta per bulan,” ujarnya.

“Begitu pun dengan kopi. Setelah tiga tahun akan berbuah, bisa memberikan tambahan pendapatan. Artinya masyarakat bisa lepas dari kemiskinan,” kata Amran.

Amran menuturkan pengelolaan Program Bekerja dilakukan dengan sistem klaster. Dengan demikian terbangun industri olahan yang langsung mengolah dan memasarkan produk pangan petani sehingga tidak lagi sebagai penghasil bahan pangan mentah, tetapi juga mampu menghasilkan produk akhir yang memberikan keuntungan yang lebih besar.

“Kami bangun program kemiskinan ini dengan sistem klaster. Bila perlu ada satu jenis tanaman per klaster, karena kami ingin berskala industri. Kami akan bangun industri, jadi kopi diolah langsung di desa dengan kemasan industri. Manfaatnya tidak hanya menjamin pendapatan petani, tapi juga membuka lapangan kerja baru,” tutur Amran.

Sekretaris Daerah Garut Rohayati menyampaikan apresiasi kepada Kementan yang telah menyalurkan Program Bekerja.

Pasalnya, program ini sesuai dengan kebutuhan daerah untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

“Program bekerja menyasar 14 kecamatan dari 42 total kecamatan di Garut. Pemda garut mengucapkan terima kasih kepada Kementan. Di Garut terdapat 11.381 rumah tangga miskin di sektor pertanian. Kami yakin program ini bisa mengentaskan kemiskinan di pedesaan,” ujar Rohayati.

“Kami minta semua pihak untuk mengawasi Program Bekerja agar tidak disalahgunakan masyarakat. Bantuan ayam dan tanaman lainya agar benar-benar dipelihara sehingga masyarakat mendapatkan pendapatan yang berkelanjutan,” tambah Rohayati. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantap! Produksi Jagung Nasional Telah Surplus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler