jpnn.com, PASURUAN - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan jumlah polupasi sapi potong Indonesia mengalami peningkatan signifikan setiap tahun.
“Khusus di Jawa Timur, provinsi ini merupakan daerah yang paling pesat populasinya. Tercatat, dari 17,2 juta ton sapi potong nasional 4,6 juta ekor di antaranya adalah hasil peternak di Jawa Timur,” ujar Mentan Amran saat mengunjungi Loka Penelitian Sapi Potong (Lolitsapi) di Grati Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (28/8).
BACA JUGA: Buah Lokal Indonesia Disukai Masyarakat Guangzhou, Tiongkok Tingkatkan Hubungan Bilateral
Mentan Amran mengatakan peningkatan populasi sapi potong merupakan capaian tertinggi selama pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Terlebih bobot dan kualitas sapi yang dilahirkan sekarang juga cukup memuaskan.
“Bayangkan saja penambahan, populasinya mencapai satu juta setiap tahun. Tentu kita bisa bandingkan dengan populasi di tahun sebelumnya, karena dalam 4 tahun ini angkanya meningkat 500 persen per tahun. Tetapi, ke depan masyarakat juga harus ikut partisipasi supaya jumlahnya semakin banyak,” katanya.
BACA JUGA: BKP Kementan Ajak Masyarakat Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman
BACA JUGA: MK Tolak Gugatan Prabowo - Sandi, Begini Respons Direktur Papua Circle Institute
Berkaitan dengan ini, kata Amran, pemerintah sejak empat setengah tahun lalu sudah menerapkan program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Program ini dirancang untuk menambah daya gedor produksi sapi guna mewujudkan swasembada daging.
BACA JUGA: 2 Fokus Utama Kementan pada 2020
"Program ini antara lain meliputi pemberian inseminasi buatan (IB) dan semen khusus secara gratis setiap tahun. Alhamdulillah sudah ada hasil yang baik dengan mengembangkan sapi unggulan seperti belgian blue, brahman dan ongole," katanya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjri Jufri mengatakan bahwa pengembangan yang dilakukan selama ini mampu menghasilkan sapi dengan bobot dan kualitas daging yang cukup bagus. Lebih dari itu, seluruh akselerasi dilakukan menggunakan teknologi.
"Sapi ini memiliki badan yang besar dan berat yang baik. Bahkan kualitasnya melebihi sapi pada umumnya. Ini tentu tidak terlepas dari teknologi pemilihan pakan di laboratorium dan dukungan peneliti yang kompeten," katanya.
Fadjri berharap, kedepan penelitian di Lolitsapi akan menjadi harapan baru dalam menghasilkan bibit unggul lokal. Bukan hanya itu, Lolitsapi juga harus mampu menjadikan pusat pakan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan peternak di seluruh Indonesia.
"Kita juga akan menjadikan lokasi ini sebagai penghasil bibit unggul seperti apa yang diharapkan Bapak Menteri. Kemudian melakukan pembinaan dan menjadikan beberapa lokasi sebagai sentra pakan dan unggas. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi bergantung pada impor," katanya.
Menurut Fadjri, hasil penelitian pakan yang dilakukan beberapa ahli antara lain berhasil meracik kulit kopi sebagai bahan campuran pakan lokal. Selain itu ada juga pengembangan rumpi jagung, bungkil inti sawit, tepung gaplek, dedek padi dan konsentrat.
"Ini komposisinya sudah seimbang antara serat, mineral, dan protein. Tentu kita juga sudah membuat komposisi tersebut berdasarkan temuan dan pengembangan," tukasnya.
Sekedar diketahui, Lolitsapi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang bertugas untuk menghasilkan inovasi bibit unggul sapi potong. Saat ini Lolitsapi memiliki populasi sapi sebanyak 1000 ekor yang terdiri atas 550 sapi Peranakan Ongole (PO), 250 ekor sapi Madura dan 200 ekor sapi Bali.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Ukur Gas Rumah Kaca di Lahan Tanaman Cabai
Redaktur : Tim Redaksi