Mentan Syahrul Lepas Ekspor Perdana Cabai Kering ke Pakistan

Minggu, 22 November 2020 – 14:45 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat melepas produk ekspor dari Makassar, Minggu (22/11). Foto: humas Kementan RI.

jpnn.com, MAKASSAR - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melepas ekspor cabai kering asal Sulawesi Selatan menuju pasar internasional baru ke Pakistan pada Minggu (22/11).

Ekspor perdana ke Pakistan ini dilakukan oleh PT Ransu Navigasi Nusantara dengan total produk mencapai 21 ton.

BACA JUGA: Dapat Penghargaan dari Presiden Jokowi, Mantan Mentan Amran: Ini untuk Petani Indonesia

"Ini sesuatu yang menggembirakan karena pertanian tidak hanya tumbuh secara masif untuk kepentingan ketahanan pangan, tetapi juga ekspor kita terus berkembang. Bahkan tidak hanya dalam bentuk kuantitasnya, namun juga beragam komoditi seperti cabai bisa diekspor ke pakistan untuk campuran pewarna tekstil mereka," kata Mentan.

Menurut Mentan SYL, pelepasan ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya komoditas cabai kering juga menembus pasar ekspor ke Jepang. Tak main-main, jumlahnya mencapai 23 ton yang dikirim secara bertahap.

BACA JUGA: Bea Cukai Gali Potensi Ekspor Komoditi Unggulan Daerah

"Ini menjadi prospek karena komoditas cabai bisa kita panen setiap saat. Bahkan potensi kita juga cukup tinggi. Sekarang ini mereka punya kontrak 100 ton, tapi ke depan kami siap backup untuk ekspor di angka 1000 ton," katanya.

Menurut Mentan, keberhasilan menembus ekspor baru di Asia bukan sesuatu yang mudah. Apalagi dalam perjalanannya eksportir selalu dihadapkan dengan perizinanan dan tingkat kepercayaan terhadap suatu negara.

BACA JUGA: Atanius Tewas Ditembak, Sedangkan Manus Selamat Setelah Berpura-pura Mati

Karena itu, Mentan SYL ingin para pengusaha dan eksportir terus berjalan konsisten walau yang diekspor masih sebatas komoditas biasa.

"Jangan diukur seberapa besar uangnya karena yang paling penting kita tidak istirahat langkahnya. Tidak ada yang berhenti dan jajaran pertanian tidak boleh istirahat. Kenapa? karena pertanian itu tidak mengenal hari," tegasnya.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil menambahkan, yang terpenting dalam proses ekspor adalah memperhatikan hilirisasi produk pertanian sebagai salah satu fokus untuk peningkatan ekspor nasional.

"Produk pertanian segar yang tidak tahan lama atau bersifat perishable, maka harus dilakukan hilirisasi yang memberi nilai tambah dan menjamin keberterimaan produk di negara tujuan, karena tidak mudah rusak dan mutu terjaga," katanya.

Selain ekspor cabai kering, Mentan Syahrul juga melepas komoditas pertanian asal subsektor perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura seperti biji, kulit, cangkang, kelapa parut, karet, porang, cincau hitam, pisang, manggis hingga kencur dengan total 114,1 ton atau senilai Rp 21,3 miliar dengan negara tujuan di benua Asia dan Eropa.

Berdasarkan data lalu lintas ekspor pertanian di Karantina Makassar, tercatat bahwa pertumbuhan negara tujuan ekspor meningkat sebesar 8 persen, yakni 133 negara tujuan ekspor di tahun 2019 dan 143 negara tujuan hingga Oktober 2020 atau bertambah 10 negara tujuan baru seperti Thailand India dan China.

"Selaku koordinator gugus tugas peningkatan ekspor pertanian, kami akan terus mendorong tumbuhnya pelaku usaha dengan membuka akses informasi peluang ekspor pertanian seluas-luasnya," ucap Jamil.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Oktober 2020, nilai ekspor pertanian terus mengalami pertumbuhan positif hingga sebesar USD 0,42 miliar atau tumbuh 1,26 persen (m to m) jika dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, kinerja ekspor pertanian mencatat pertumbuhan 23,80 (yoy).(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler