jpnn.com, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan tantangan di sektor perikanan sangat kompleks. Menurutnya, semua pihak tidak boleh berdiam diri, akan tetapi harus mengikuti perubahan.
Erick Thohir menyampaikan itu saat menjadi narasumber Munas IV KNTI bertajuk "Aksi Kolaborasi Pemenuhan Hak Nelayan Tradisional menuju Indonesia yang Mandiri, Adil, Makmur, dan Lestari" di Gedung Smesco Tower, Jakarta, Selasa (19/7).
BACA JUGA: Tips Mengelola Keuangan untuk Pasangan Muda Ala Erick Thohir
"Tantangan di sektor perikanan sangat kompleks, kita harus ikut perubahan, kalau kita berdiam diri, kita tidak akan ke mana-mana," katanya.
Erick Thohir pun menyatakan siap membangun ekosistem perikanan Indonesia lewat kolaborasi antara BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, hingga Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI).
BACA JUGA: Via Vallen Menikah, Erick Thohir Beri Nasihat Begini
Mantan Presiden Inter Milan itu juga bakal mendorong perusahaan BUMN, seperti Himbara, Perindo, Perinus, hingga PNM untuk terlibat dalam ekosistem tersebut.
Dia ingin ekosistem perikanan meniru jejak kesuksesan ekosistem pertanian dalam program Makmur.
BACA JUGA: Bergerak ke DIY, Sobat Erick Galang Dukungan dari Berbagai Kelompok Masyarakat
Erick menyampaikan program Makmur yang terintegrasi dari hulu ke hilir telah menjangkau 200 ribu hektare pada empat komoditas utama, yakni sawit, tebu, jagung, dan padi. “Dengan fokus pada produk yang laku di pasar itu pendapatan petani naik 46 persen," ungkap dia.
Menurut dia, nelayan memegang peranan penting bagi masa depan ekonomi serta kedaulatan pangan bangsa.
Dia menjelaskan bahwa sebanyak 54 persen asupan protein nasional merupakan kontribusi nelayan melalui produk ikan dan makanan laut lainnya.
Menurutnya, luas dan beragamnya kondisi perairan membuat Indonesia memiliki perikanan yang sangat besar. Potensi perikanan darat Indonesia tiga juta ton per tahun. Potensi perikanan laut mencapai 12,54 juta ton per tahun
"Maka, nelayan Indonesia tidak boleh jadi ayam yang kelaparan di lumbung padi. Dengan potensi sebesar itu bagaimana kita bisa memenuhi kesejahteraan nelayan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan nasional," ucap Erick.
Dia menjelaskan dalam setiap kunjungan ke sejumlah daerah, Erick mengaku kerap berdiskusi dengan para nelayan. Menurutnya, para nelayan sering dihadapkan pada sejumlah hal yang memengaruhi produktivitas, baik sisi permodalan, pendampingan, hingga akses pasar.
"Yang saya pahami dari dialog dengan rekan-rekan dari kampung nelayan, sejatinya nelayan Indonesia bukan semata-mata ingin 'disuapi', melainkan membutuhkan satu ekosistem sehat dan berkelanjutan," lanjut Erick.
Oleh karena itu, Erick menyatakan BUMN bertekad mewujudkan kesejahteraan nelayan dan memetakan kebutuhan para pahlawan maritim bangsa, melalui tiga inisiatif.
Pertama, pendanaan nelayan dengan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dan PNM di sektor perikanan.
Erick mengatakan serapan KUR di nelayan baru sebesar Rp 2,1 triliun dari total KUR yang mencapai Rp 388 triliun.
Serapan PNM Mekaar di nelayan baru Rp 1,6 triliun dari total alokasi yang disediakan yang Rp 46 triliun.
"Ini masih terlalu kecil, maka kami dorong supaya ada pendataan ganda di nelayan, suami dapat bantuan, ibu-ibunya juga di rumah bisa tetap berusaha dengan PNM Mekaar. Bantuan permodalan ini bisa membantu nelayan terlepas dari jeratan rentenir," sambung Erick.
Kedua, lanjut Erick, BUMN juga mendukung sarana perikanan dengan memperbaiki tata kelola BBM agar nelayan dapat akses BBM yang berkelanjutan.
Erick menilai perbaikan tata kelola BBM dapat memotong hingga 60 persen pengeluaran nelayan.
Erick menawarkan para nelayan membentuk sebuah koperasi.
Dengan begitu, Pertamina akan memiliki data yang jelas dalam menyalurkan solar bersubsidi.
"Jangan sampai (solar bersubsidi) disalurkan bukan buat nelayan tetapi dipakai buat orang lain, akhirnya BBM bersubsidi dipakai (korporasi) yang besar-besar lagi," ucapnya.
Ketiga, terkait akses pasar. Erick berkomitmen mengoptimalkan seluruh kanal distribusi, baik daring maupun luring.
Hal ini akan berdampak signifikan bagi peningkatan penyerapan hasil nelayan.
Mantan Presiden Inter Milan itu juga menyarankan para nelayan mulai mencari opsi lain dalam mencari ikan, salah satunya lewat budi daya.
Hal ini sebagai alternatif dan langkah antisipatif dalam pencarian ikan di laut yang kerap diliputi ketidakpastian tangkapan.
"Sebagai negara maritim terbesar di dunia, bangsa kita tidak boleh memunggungi nasib nelayan. Bahkan, kita tidak bisa bicara soal kedaulatan pangan tanpa melibatkan peran nelayan,” katanya.
Oleh karena itu, ujar Erick, BUMN tengah berjuang menciptakan ekosistem usaha yang berpihak pada kesejahteraan nelayan. “Terutama nelayan kecil dan tradisional," tegas Erick.
Tak lupa, Erick mengapresiasi KNTI yang secara konsisten mengadvokasi kesejahteraan nelayan kecil dan tradisional.
"Terima kasih atas perjuangannya. Selamat melaksanakan Munas KNTI ke-IV. Semoga buah pikir dari Munas KNTI kali ini mampu membawa dampak signifikan bagi segenap nelayan Indonesia yang maju, makmur, dan mendunia," kata Erick dalam keterangan tertulis yang diterima. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi