jpnn.com, YOGYAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga dalam pembangunan desa. Tak terkecuali sinergi antara pemerintah dengan perguruan tinggi. Pasalnya, lembaga pendidikan tinggi memiliki banyak program pemberdayaan masyarakat desa.
“Dengan adanya sinergi, Pemberdayaan desa akan lebih mudah dilakukan karena terwujudnya secara terintegrasi,” kata Abdul Halim dalam Rakornas Ikatan Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di kampus UNY, Yogyakarta pada Sabtu (4/1).
BACA JUGA: Wakil Menteri Kunjungi Desa Siluman, Jaraknya Cuma 90 KM dari Jakarta
Menteri Halim yang merupakan alumni Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan UNY lulusan tahun 1987 itu menyebut UNY sebagai salah satu perguruan tinggi negeri memiliki banyak program pengabdian kepada masyarakat. Ia mengetahui betul hal tersebut karena telah melakoninya sendiri.
“Saya tahu betul UNY punya banyak kegiatan di desa-desa, karena dulu saya sendiri ikut dan mengalami. UNY sekarang punya program KKN (Kuliah Kerja Nyata), PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan), dan PPM (Program Pengabdian Masyarakat). Saya ingin apa yang dilakukan UNY maupun perguruan tinggi lainnya, harus bersinergi lintas lembaga,” katanya.
BACA JUGA: Mendes Fokuskan Dana Desa untuk Membangun Empat Hal Ini
Masing-masing pihak sesuai kompetensinya, akan saling bahu-membahu dan saling melengkapi dengan satu tujuan untuk memperjuangkan kemajuan daerah pedesaan. UNY sebagai kampus pendidikan diharapkan bisa berkontribusi untuk mengirim mahasiswanya ke daerah-daerah untuk mengajar di sekolah formal maupun informal.
“Di desa, menjadi guru untuk mengajar masih sangat dihormati dan masukannya bisa sangat berkontribusi untuk pembangunan. Pengelolaan dana desa juga dapat lebih maksimal dengan adanya sinergi dari perguruan tinggi, karena mereka dapat memberikan input dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) sampai keperluan administrasi," katanya.
BACA JUGA: Profil Abdul Halim Iskandar: Santri Jombang jadi Mendes PDTT di Kabinet Indonesia Maju
Dalam kesempatan itu, Abdul Halim mengatakan bahwa meski baru berusia 5 tahun, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (kemendes PDTT) telah memberikan kontribusi secara nyata bagi masyarakat di desa. Sejak tahun 2015, Kemendes PDTT telah menyalurkan dana desa mencapai puluhan triliun setiap tahunnya. Jumlahnya pun terus meningkat dari sebanyak 20,8 triliun pada tahun 2015 Menjadi sebanyak 70 triliun pada tahun 2019.
Untuk membantu menumbuhkan aktivitas ekonomi di desa, dana desa tercatat telah mampu membangun 201.899 km jalan desa, 1.181.659 meter jembatan, 9.329 pasar desa, 38.140 unit kegiatan BUMDes, 60.274 irigasi, hingga 4.265 embung desa. Sementara untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dana desa telah mampu membangun 21.118 unit sarana olahraga, 966.350 air bersih, 260.039 MCK, 10.101 polindes, 31.376.550 meter drainase, 53.002 kegiatan PAUD, 26.261 unit posyandu hingga 48.953 unit sumur.
“Dampak pemanfaatan dana desa telah mampu meningkatan pendapatan per kapita pedesaan. Dari Rp572.586 pada tahun 2015 menjadi Rp827.429 pada tahun 2019. Tak hanya itu, angka pengangguran terbuka juga mengalami penurunan, gini rasio semakin bisa ditekan dan stabil rendah. Serta setiap tahun terjadi penurunan angka kemiskinan," katanya.
Sementara itu, Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa menyatakan UNY siap untuk bersinergi dengan pemerintah untuk ikut membantu membangun desa. Terlebih lagi jumlah mahasiswa yang dikirim UNY untuk program pengabdian masyarakat setiap tahunnya relatif besar.
Pada tahun 2019 terdapat 4.519 mahasiswa yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka disebar di 318 desa seluruh Indonesia. Daerah sekitaran Jawa Tengah dan DIY yang relatif butuh sentuhan pengembangan seperti Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo menjadi prioritas penerjunan KKN.
“Di desa, para dosen pembimbing dan mahasiswa KKN berkolaborasi menghasilkan inovasi bersama masing-masing Pemda. Mahasiswa UNY juga biasa diminta mengajar di sekolah ataupun mengajar keterampilan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu di desa,” ungkap Sutrisna.
Program KKN yang dilakukan pun beragam. Di Gunungkidul, UNY menggelar KKN Tematik Revolusi Mental yang diikuti 343 mahasiswa. Program ini berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Sedangkan di Ternate-Tidore, UNY mengirim lima mahasiswa dalam program KKN Kebangsaan.
Selain KKN, ada juga Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Program ini menempatkan mahasiswa UNY di sekolah untuk mengajar.
“Anak-anak ini mengajar di 267 sekolah dan 27 lembaga,” tukas Sutrisna.
Melalui program dan sinergi yang dicanangkan oleh Kemendes/PDTT ini, Prof. Suyanto selaku Ketua IKA UNY mengharapkan mahasiswa yang berada di sekolah dan masyarakat mampu mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di kampus. Termasuk jika kelak berstatus sebagai alumni, dapat terus mengabdikan ilmunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Civitas juga berperan sebagai agen pembaharuan sehingga dapat menggunakan kesempatan ini untuk menggerakkan masyarakat ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sehingga memenuhi empat kompetensi yaitu kreatif dan inovasi, berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi," pungkasnya.(adv/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi