jpnn.com, BINTARO - Rumah produksi Miles Films kembali berpartisipasi dalam penyelenggaraan Bintaro Design District (BDD) 2024.
Pada tahun ini, Miles Films menghadirkan rangkaian program bertajuk Flickering Spirit sebagai bagian dari perjalanan menuju 30 Tahun Miles Films.
BACA JUGA: Cerita Hadrah Daeng Ratu Soal Duetkan Marthino Lio dengan Delia Husein di Film Dosa Musyrik
Seperti pendar cahaya proyektor analog, Flickering Spirit berupaya memijarkan semangat berkarya di tengah transformasi teknologi serba digital, yang seringkali melupakan prinsip-prinsip analog dalam pembuatan film.
Program tersebut merespons tema Analog Reality yang diusung oleh BDD tahun ini, sebuah refleksi atas perkembangan teknologi digital dan pendemokratisasian, sambil menilik kembali teknologi analog sebagai fondasi logika proses berkarya.
BACA JUGA: Film Seribu Bayang Purnama, Cerita Soal Realita Kehidupan Petani
Dalam sejarah sinema, teknologi analog bukan hanya sekadar teknik, melainkan prinsip yang melekat pada setiap karya.
Keberadaan dan relevansi teknologi analog tetap menjadi elemen kunci dalam praktik sinematik Miles Films, karena Analog Reality bukan sekadar nostalgia, melainkan cara pandang yang menegaskan bahwa teknologi dan sentuhan fisik memiliki nilai artistik serta budaya yang mendalam.
BACA JUGA: Film Bila Esok Ibu Tiada Sajikan Kisah Keluarga Penuh Makna
Flickering Spirit mengajak publik untuk kembali menghargai pentingnya teknologi analog dalam penciptaan sinema, terutama dalam konteks praktik sinematik di Miles Films.
Tema ini mengingatkan pada keindahan proses manual yang melibatkan interaksi langsung dengan materi fisik dan bagaimana pendekatan tersebut membentuk realitas yang dikenal melalui layar.
Memasuki 2025, Miles Films akan mencapai perjalanan panjang selama tiga dekade. Sejak berdiri pada 1995, rumah produksi ini tidak hanya menghasilkan film-film berkualitas, tetapi juga menjadi kekuatan utama dalam memajukan sinema Indonesia.
Dari karya-karya awal seperti Anak Seribu Pulau (1996), Kuldesak (1998), Petualangan Sherina (2000), hingga film-film terbaru seperti Paranoia (2021) dan Petualangan Sherina 2 (2023), cerita Miles Films adalah kisah semangat, inovasi, dan dedikasi yang tidak pernah padam meski teknologi perfilman terus berkembang.
"Kami melihat film bukan hanya sebagai barang dagangan. Film punya tugas lebih dari itu," ungkap Mira Lesmana.
Filosofi itu tercermin dalam setiap karya Miles Films yang selalu berupaya menggugah pemahaman dan menyampaikan pesan penting kepada publik.
Lebih dari sekadar produksi film, Miles Films juga berperan dalam membangun ekosistem bagi sineas-sineas muda dan independen untuk berkembang.
Rangkaian Flickering Spirit mencakup beberapa program, yakni open studio, penayangan film, dan bincang seniman. Program open studio ini menelusuri berbagai fase penting dalam perjalanan sinema Miles Films.
Di lantai pertama, tema Tentang Seribu Pulau dan Laskar Pemimpi (1995-2012) mengajak pengunjung untuk melihat kembali era awal, di mana penggunaan seluloid dan estetika visual analog menjadi identitas yang kuat. Pameran ini menampilkan strip film seluloid dan infografis yang menggambarkan cerita-cerita penting dalam perkembangan sinematik Miles Films.
Lantai kedua, Transisi: Barat di Rimba, Timur di Humba (2013-2019), menyoroti peralihan dari seluloid ke digital. Pengalaman sinematografer seperti Yadi Sugandi, yang telah lama bekerja sama dengan Miles Films, merepresentasikan tantangan dan adaptasi teknologi yang mempengaruhi sinema Indonesia di kancah global.
Lantai ketiga, Paranoia Pandemi (2020-2023), menggambarkan upaya Miles Films untuk terus berkarya di tengah krisis global, seperti yang tercermin dalam produksi film Paranoia yang dibuat saat pandemi.
Sebagai penutup, lantai keempat menampilkan proyek-proyek terbaru dari IP Slate Miles Films, Untuk Rangga & Cinta (2024-2026).
Karya-karya terbaru Miles, Rangga & Cinta (rilis 2025), Hilang di Rembang, Needle in a Haystack, Cubs (Amuk Harimau), dan Bunga Malam, menunjukkan bagaimana Miles terus menjembatani masa lalu dengan masa kini, serta menghubungkan generasi baru penonton dengan warisan sinema yang kaya.
Flickering Spirit bukan sekadar retrospektif, melainkan ajakan untuk meresapi semangat berkarya di tengah transformasi teknologi.
"Kalau tidak ada Anak Seribu Pulau, tidak akan ada Kuldesak; keduanya adalah modal utama kami untuk membuat film-film berikutnya," ucap Riri Riza.
Pameran tersebut merayakan dedikasi Miles terhadap sinema, di Indonesia maupun secara global, dengan menyatukan sentuhan analog dan inovasi modern.
Rangkaian program Flickering Spirit berlangsung selama 1 sampai 9 November 2024. Sebagai bagian dari program kegiatan BDD 2024, para peserta dan pengunjung dapat melakukan registrasi melalui aplikasi BDD, dan kemudian melakukan registrasi gratis.
Adapun Miles Films berlokasi di Jl. RC. Veteran Raya Unit F - G No.555, RT.3/RW.11, Bintaro, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan. (ded/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra